Langsung ke konten utama

Bismillah, Aqiqah Nurul Hayat Pilihan Keluarga Indonesia

     


Izinkan saya menulis sekelumit kisah tentang Pak Ahmad. Sebuah kisah nyata yang semoga bisa membuat diri merenung akan kemahakuasaan Allah. Terlahir dalam sebuah keluarga besar dengan belasan anak, beliau juga yatim sejak kecil. Di usia 7 tahun, manakala anak-anak lain hanya bersekolah, bermain, dan mengaji, Ahmad kecil harus bangun pagi-pagi sekali untuk membantu kakaknya bekerja. Tas dan sepatu usang warisan turun-temurun dari kakak, seragam lusuh dan alat tulis seadanya, begitu bersahaja dan apa adanya. Namun, Ahmad kecil tetap ceria dan bersemangat. Ia tahu, ia harus belajar lebih keras, berusaha lebih giat, dan berjuang lebih tekun daripada teman-teman lain. Dengan begitu, ia punya impian tinggi. Setinggi bintang-bintang di langit.

Hari-hari pun Ahmad kecil dari kata mewah. Rumah kecil yang sudah bopeng di sana sini, riuh dan sumpek oleh banyaknya anak. Makan telur dadar harus dibagi-bagi sehingga setiap anak hanya mendapatkan satu juring tipis. Ia paham, ibunya yang janda berjuang sendirian merawat dan membesarkan belasan anak tanpa pendamping.

Namun, Allah Maha Penyantun dan Maha Penyayang. Rumus matematika Allah jauh berbeda dengan hitungan matematika manusia. Jika satu ditambah satu sama dengan dua, maka bisa jadi tidak berlaku bagi keluarga besar itu. Satu ditambah satu bisa menjadi sepuluh, belasan, puluhan, ratusan, hingga ribuan, bahkan lebih dan tak terhingga. Manusia hanya ternganga bahwa seorang ibu rumah tangga biasa, berhasil membesarkan dan mendidik belasan anak hingga hidup layak dan mandiri.  Tiada mungkin kecuali berkat pertolongan Allah dan karunia-Nya yang seluas langit dan bumi.

Pak Ahmad mendapat rezeki dan kesempatan untuk sekolah tinggi, mengunjungi kota-kota di Indonesia dan menjamah kota-kota di negeri orang. Siapa sangka, anak kecil ingusan yang dulu pendiam, kini sudah menjadi dosen dan ilmuwan. Cita-cita yang dulu diperjuangkan dengan asam pahitnya, kini berbuah manis. Beliau pun sudah berkeluarga dan diamanahi dua anak yang manis dan membanggakan.


Ketika anak pertamanya dulu lahir di negeri Formosa, Pak Ahmad dan istrinya telah mengumpulkan dana anggaran untuk aqiqah. Dengan mengundang teman-teman satu komunitas muslim di sana, aqiqah anak pertama telah tertunaikan.

Ketika satu setengah tahun kemudian, anak kedua lahir, Pak Ahmad juga menyiapkan dana untuk menyembelih dua ekor kambing untuk aqiqah putranya. Daging aqiqah yang dimasak gulai, dibagi-bagikan kepada kerabat dan tetangga di desa. Dengan begitu, kewajiban awal Pak Ahmad sebagai orangtua, telah ditunaikan.

Lantas, Pak Ahmad termenung manakala istrinya bilang, “Saya sudah di-aqiqah sebelum saya nikah dengan jenengan, Mas.”

Pak Ahmad paham bahwa aqiqah adalah sebuah keutamaan dalam syariat Islam terkait kelahiran bayi. Dalam sebuah hadist yang pernah beliau baca, anak-anak tergadai (tertahan) dengan aqiqahnya, yang disembelih pada hari ketujuh, dicukur rambutnya, dan diberi nama (HR. Tirmidzi). Hukum aqiqah adalah sunah muakkad apabila orangtuanya mampu.

“Saya sendiri belum aqiqah, dik. Lha dulu, orangtua nggak mampu. Belum kepikiran untuk aqiqah. Boro-boro aqiqah, untuk makan sehari-hari saja repot.” Pak Ahmad tertawa mengenang masa kecilnya.

“Iya, ya, Mas. Jadi jenengan perlu meng-aqiqahi diri sendiri.” istrinya mengingatkan.

“Betul juga.” Pak Ahmad mengangguk-angguk. “Seingat saya, aqiqah paling enak rasanya itu ya Aqiqah Nurul Hayat, dik. Beberapa kali dapat tasyakuran aqiqah dari tetangga kita, mantap kualitasnya.”

“Lha, ya, monggo. Browsing dulu biar semakin mantap, Mas.”


Pak Ahmad pun membuka web dan istagram @aqiqahnurulhayat. Ternyata Aqiqah nurul Hayat menawarkan paket yang super komplit sesuai selera dan bajet kastemer. Mulai dari snack box, pakt catering, paket bukber ramadhan, aqiqah nampan dengan nasi kebuli, nasi arab tasneem, nasi kotak, nasi besek, dan western snack seperti pizza, macaroni schotel, dll lengkap dengan price-list nya.

Pak Ahmad semakin penasaran. Jarinya terus mencari-cari informasi terlengkap. Nah, Aqiqah Nurul Hayat berdiri sejak tahun 2001, hingga kini sudah punya 51 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Mulai dari cabang di kota-kota Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, jabodetabekcik, Medan, Palembang, Balikpapan, Samarinda, dan Banjarmasin.

“Kata teman ibu, Aqiqah Nurul Hayat sangat recommended karena telah bersertifikat halal MUI, masakan steril dan higienis yang diolah oleh chef profesional, proses penyembelihan hingga dikonsumsi sesuai syariat islam, harga bersahabat, dan kita dapat video dokumentasi pula,” timpal istri Pak Ahmad.

“Wah, banyak artis sudah mencoba dan memberikan testimoni positif. Aqiqah Nurul Hayat memang Aqiqah Keluarga Indonesia,” ucap Pak Ahmad. Istrinya mengangguk setuju. Seratus persen mendukung niat baik suaminya untuk aqiqah.

“Bismillah, ya, Bu. Semoga Allah meridhai niat baik Bapak untuk aqiqah diri sendiri.”

“Aamiin. Aamiin. Yaa rabbal ‘alamiin.”

 

Website: www.aqiqahnurulhayat.com

Instagram: @aqiqahnurulhayat

Facebook: Aqiqah Nurul Hayat

Twitter: @aqiqahnh

Tlp: 0878 5300 0101

Order: bit.ly/chatadmin0101

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel 'mengejar-Ngejar Mimpi' Dedi Padiku

Judul Buku       : Mengejar-Ngejar Mimpi Penulis              : Dedi Padiku Penerbit            : Asma Nadia Publishing House Jumlah halaman: 324 halaman Tahun Terbit    : Mei 2014 Jungkir Balik Demi Mimpi             Kisah ini berawal dari impian. Mimpi seorang pemuda lugu bernama Dedi yang sejak kecil ditinggal orangtua. Ia menjadi sopir angkot demi bisa makan dan membiayai sekolah. Ia dipertemukan dengan sahabat-sahabat terbaik dan cinta pertama yang kandas, bersamaan dengan kelulusan sekolah.               Mimpinya untuk menjadi orang sukses tak pernah padam, meski suratan nasib mempermainkannya begitu kejam. Meski begitu, ia harus berjuang. Menjemput mimpi untuk bekerja di Jepang. Lagi-lagi, jalan takdir membelokkan arah hidupnya. Ia harus merasakan kembali menjadi sopir, kuli panggul, dan menantang kerasnya hidup di kota Palu dan Manado. Lantas, ibukota pun didatanginya dengan modal nekat, juga sempat berkhianat. Demi bertahan hidup di Jakarta, pekerjaa

Review Film Keluarga Cemara: Menyadarkan Kita akan Makna Keluarga

Assalamu’alaikum, kawans Alhamdulillah kami dapat kesempatan untuk nonton film yang barusan rilis, yaitu Keluarga Cemara. Film yang tayang serentak di bioskop Indonesia sejak tanggal 3 januari 2019 lalu, menyedot banyak penonton dari banyak kalangan. Orangtua, anak-anak, bahkan remaja. Segala usia lah. Di hari kedua tayang, kami sekeluarga berniat nonton mumpung ada jadwal tayang jam 19.15 di DP Mall. Pikir kami, nonton sudah dalam keadaan lega. Udah shalat isya dan makan malam. Jadilah habis maghrib kami turun gunung dalam keadaan mendung pekat. Hujan udah turun. Saya berdoa agar hujan segera berhenti demi menepati janji sama anak-anak. Alhamdulillah doa saya terkabul. Namun, eng ing eng! Ada tragedi kehabisan bensin di tengah jalan sehingga sampai di bioskop sudah lewat setengah jam. Ternyata jadwal tayang jam 19.15 juga sudah sold out. Akhirnya kepalang tanggung sudah sampai di sini. Kami ambil tiket yang mulai jam 21.35 dan dapat seat baris kedua dari layar. It means

(Resensi) Novel Guru Aini: Tentang Cita-Cita, Keberanian, dan Idealisme

Judul                : Guru Aini Penulis              : Andrea Hirata Penerbit            : Bentang Pustaka Cetakan            : pertama, Februari 2020 Jumlah hal        : 336 halaman ISBN                : 978-602-291-686-4 sumber: www.mizanstore.com             Gadis lulusan terbaik itu bernama Desi. Jelita, jangkung, dan cerdas bukan buatan meski berkemauan kuat dan berkepala batu. Orangtuanya juragan terpandang. Dengan berbagai anugerah itu, Desi bisa menjadi apapun yang dia inginkan. Namun tak dinyana, di usianya yang baru 18 tahun, dia sudah mengambil keputusan besar dalam hidupnya. Desi ingin mengabdi di pelosok desa sebagai guru matematika sebab negeri ini kekurangan guru matematika. Desi tak sedikitpun tergiur oleh karir-karir menjanjikan di luar sana. Menjadi guru adalah panggilan jiwa.             Sang ayah memberikan hadiah sepasang sepatu olahraga untuk Desi untuk menggapai cita-citanya. Sepatu isti