Langsung ke konten utama

Review Tipis-tipis Film Keluarga Cemara 2

 

Assalamualaikum teman-teman,

Saya mau ngobrolin dikit tentang review film Keluarga Cemara 2. Saya, adik, anak-anak, dan ponakan nonton premiere sehingga bioskop masih sepi. Kami bertujuh nonton di bioskop transmart Ada Setiabudi Semarang jam 12 siang. Kami pesan tiket via apliasi m-tix. Lumayan banget karena pas ada promo beli 2 gratis 1. Emak langsung gercep hihi.

Saat nonton trailer film ini di YouTube, emang bikin penasaran dengan detail filmnya. Yup, masih dengan tokoh sentral anggota keluarga yang sama yaitu Emak, Abah, Euis, Ara, dan Agil (yang kira-kira udah berusia 2 tahunan). Plus ada tokoh Ariel, sebagai teman Ara, lalu duo kocak yaitu ceu Salma dan Kang Romli.

Dikisahkan bahwa Abah sudah mendapatkan pekerjaan baru di sebuah peternakan ayam. Kabar baik yang membuat semua bahagia mengingat sebelumnya uang tabungan emak terkuras untuk biaya hidup sehari-hari. Saat di peternakan, Ara seperti mendengar sesuatu/ seseorang memanggil namanya. Hal itu membuat Ara kepikiran selama berhari-hari.

Seiring tumbuhnya menjadi gadis remaja, Euis mulai dekat dengan Deni, teman sekelasnya. Oleh karena itu Euis membutuhkan privasi sehingga ia meminta untuk pisah kamar dengan Ara. Euis juga meminta Ara untuk pulang sekolah sendiri dengan alasan dirinya sudah mulai sibuk dengan kegiatan sekolah.

Ara yang sakit hati, akhirnya mendapat kamar baru. Ia senang karena abah berjanji akan me-make over kamar itu nantinya agar lebih indah. Ara-pun punya kesibukan baru yaitu berdialog dengan anak ayam bernama Neon yang ditemukannya saat pulang sekolah bersama Ariel. Mendapat bisikan dan merasa punya semacam ‘tanggung jawab moral’ untuk mengembalikan anak ayam itu kepada keluarganya.

Sementara emak tak luput dari masalah. Meski abah sudah mendapat pekerjaan, emak tak ingin tinggal diam. Dari jualan keripik, emak mengganti produk jualannya dengan ayam goreng. Emak sering kelelahan sebab si bungsu Agil sering rewel dan susah tidur. Abah yang lelah sepulang kerja pun, ikut begadang menemani Agil.

Masalah semakin meruncing manakala Ara bersikukuh untuk mengembalikan ayam Neon pada keluarganya. Bersama Ariel, Ara menyusuri kampung demi kampung, di tengah terik matahari dan juga hujan, dari siang sampai malam hari. Ara tidak mengindahkan larangan abah untuk tidak boleh pergi untuk sebuah alasan yang tidak masuk akal. Hingga pada akhirnya, Ara tidak pulang ke rumah. Semua orang dibuat repot untuk mencari keberadaan Ara.

Dimanakah Ara ditemukan? Berhasilkah Ara mengembalikan ayam Neon pada keluarganya? Biar nggak penasaran, bisa nonton deh di bioskop kesayangan teman-teman. Semoga belum turun layar ya.

Dari film keluarga ini, ada banyak pelajaran yang bisa dipetik yaitu pentingnya komunikasi antar anggota keluarga, menghargai dan tidak meremehkan pendapat anak, tidak bersikap egois, serta berusaha menepati janji.

Film besutan sutradara Ismail Basbeth ini merupakan sekuel dari film Keluarga Cemara yang tayang pada tahun 2018. Ceritanya seru, renyah, meski di beberapa scene ada yang lambat dan bikin bosan. Meski untuk segmen penonton SU (semua umur), tapi ada adegan yang kurang pas bila dilihat oleh anak-anak yaitu saat adegan Euis dan Deni yang sedang berpacaran. Huksss.  Soalnya anak bakal kepo. Solusinya kasih follow up dan penjelasan kepada anak after nonton.

Selamat nonton yaa!



 

 

Komentar

Unknown mengatakan…
Makasih mbak Arinda, keren
Mutiara Chinta mengatakan…
Suka bange dengan film ini, Mbak Arinda. Sayangnya jaman now susyah nyari film2 yang cocok buat anak sekaligus emak bapaknya.

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel 'mengejar-Ngejar Mimpi' Dedi Padiku

Judul Buku       : Mengejar-Ngejar Mimpi Penulis              : Dedi Padiku Penerbit            : Asma Nadia Publishing House Jumlah halaman: 324 halaman Tahun Terbit    : Mei 2014 Jungkir Balik Demi Mimpi             Kisah ini berawal dari impian. Mimpi seorang pemuda lugu bernama Dedi yang sejak kecil ditinggal orangtua. Ia menjadi sopir angkot demi bisa makan dan membiayai sekolah. Ia dipertemukan dengan sahabat-sahabat terbaik dan cinta pertama yang kandas, bersamaan dengan kelulusan sekolah.               Mimpinya untuk menjadi orang sukses tak pernah padam, meski suratan nasib mempermainkannya begitu kejam. Meski begitu, ia harus berjuang. Menjemput mimpi untuk bekerja di Jepang. Lagi-lagi, jalan takdir membelokkan arah hidupnya. Ia harus merasakan kembali menjadi sopir, kuli panggul, dan menantang kerasnya hidup di kota Palu dan Manado. Lantas, ibukota pun didatanginya dengan modal nekat, juga sempat berkhianat. Demi bertahan hidup di Jakarta, pekerjaa

Review Film Keluarga Cemara: Menyadarkan Kita akan Makna Keluarga

Assalamu’alaikum, kawans Alhamdulillah kami dapat kesempatan untuk nonton film yang barusan rilis, yaitu Keluarga Cemara. Film yang tayang serentak di bioskop Indonesia sejak tanggal 3 januari 2019 lalu, menyedot banyak penonton dari banyak kalangan. Orangtua, anak-anak, bahkan remaja. Segala usia lah. Di hari kedua tayang, kami sekeluarga berniat nonton mumpung ada jadwal tayang jam 19.15 di DP Mall. Pikir kami, nonton sudah dalam keadaan lega. Udah shalat isya dan makan malam. Jadilah habis maghrib kami turun gunung dalam keadaan mendung pekat. Hujan udah turun. Saya berdoa agar hujan segera berhenti demi menepati janji sama anak-anak. Alhamdulillah doa saya terkabul. Namun, eng ing eng! Ada tragedi kehabisan bensin di tengah jalan sehingga sampai di bioskop sudah lewat setengah jam. Ternyata jadwal tayang jam 19.15 juga sudah sold out. Akhirnya kepalang tanggung sudah sampai di sini. Kami ambil tiket yang mulai jam 21.35 dan dapat seat baris kedua dari layar. It means

(Resensi) Novel Guru Aini: Tentang Cita-Cita, Keberanian, dan Idealisme

Judul                : Guru Aini Penulis              : Andrea Hirata Penerbit            : Bentang Pustaka Cetakan            : pertama, Februari 2020 Jumlah hal        : 336 halaman ISBN                : 978-602-291-686-4 sumber: www.mizanstore.com             Gadis lulusan terbaik itu bernama Desi. Jelita, jangkung, dan cerdas bukan buatan meski berkemauan kuat dan berkepala batu. Orangtuanya juragan terpandang. Dengan berbagai anugerah itu, Desi bisa menjadi apapun yang dia inginkan. Namun tak dinyana, di usianya yang baru 18 tahun, dia sudah mengambil keputusan besar dalam hidupnya. Desi ingin mengabdi di pelosok desa sebagai guru matematika sebab negeri ini kekurangan guru matematika. Desi tak sedikitpun tergiur oleh karir-karir menjanjikan di luar sana. Menjadi guru adalah panggilan jiwa.             Sang ayah memberikan hadiah sepasang sepatu olahraga untuk Desi untuk menggapai cita-citanya. Sepatu isti