Langsung ke konten utama

Asyiknya Hunting Buku di BBW Jogja


           

 Pameran buku terbesar bertajuk Big Bad Wolf atau sering disebut BBW adalah magnet bagi emak-emak. Ralat: lebih spesifik, emak pecinta diskon seperti saya. Nggak di gramedia lagi sale, atau di lapak buku online, saya tergoda untuk beli meski buku yang murmer. Sayang, sarang BBW hanya ada di kota-kota besar macam Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan. Hukss mimpi nggak sih kalau suatu saat nanti BBW bisa diadain di Semarang. Hopefully.
            Oleh karena itu, sejak saya kenal sama tetangga yang buka jastip BBW, saya langsung join tanpa pikir panjang. Saat live shopping, saya pantengin akun ig-nya. Menanti upload terbaru. Dan terpampanglah buku-buku dengan harga miring. Buku anak impor menjadi sasaran utama saya. Lucu, unik, dan kreatif banget. Idenya out of the box dan dikemas sangat menarik untuk anak-anak. Ada boardbook, pop up, wipe clean, scratch n sniff, fold up, flip flap, push n pull, texture book, dan masih banyak lagi. Buku untuk first readers dan balita temanya sekitaran hewan peliharaan, hewan liar, binatang samudera, kendaraan, buah, sayur, angka, alfabet, dan benda-benda sekitar. Ingin hati nge-fix tapi takut tagihan membengkak. Saya ingat pesan suami untuk belanja dengan bijak.
           

Ketika sarang BBW mau buka di Jogja
            Minggu ketiga bulan Juli, saya dapat info kalau BBW bakalan di gelar di kota gudeg. Tepatnya di gedung Jogja Expo Center (JEC). Terbersit keinginan untuk kesana tapi selalu mikirin ‘nasib’ anak-anak. Suami udah kasih izin dan memberikan dana lumayan untuk beli buku. Sandra, adik saya ternyata juga pengen kesana. Me time. Akhirnya dari obrolan demi obrolan, ide kami berbelok menjadi: eh, gimana kalau kita sekalian buka jastip? Sayang banget udah sampai sana. Udah modal transport, makan, dan hotel juga. #tetep kan yah, emak-emak mana mau rugi? Hihi
            Sebenarnya kami dapat tiket presale untuk masuk BBW yaitu hari kamis, 1 Agustus 2019. Namun, jumat anak-anak masih sekolah. Sabtu pun ada undangan parenting. Setelah musyawarah kilat, disepakatilah kalau saya dan Sandra akan ke Jogja hari Jumat pagi setelah anak-anak berangkat sekolah. Pakai armada bus. Lalu, sabtu siang setelah acara parenting selesai, suami dan tiga anak saya, plus suami Sandra dan dua anaknya, nyusul ke Jogja naik mobil. Minggunya pilih buku sendiri lalu cek out hotel bablas jalan-jalan, trus pulang. Mampir rumah mbah di Ambarawa, lalu ke Semarang. Itinerary Fix.


Jastip? Bolehkah?
            Nah, sekarang nentuin rules jastip. Jujur, kami berdua belum punya pengalaman buka jastip dan live shopping. Kamipun membuat grup Wa khusus dan mulai broadcast info jastip di status dan grup -grup wa. Satu per satu banyak yang daftar. Namun, kami tersentak kala menemukan sentilan status seorang teman. Jastip, beware! Tulisnya. Lalu dalam video itu dibahas oleh seorang ustadz (saya lupa namanya) bahwa jastip sama hukumnya dengan riba. How come? Bahwa titip ya titip. Semisal harga barang 10 ribu, ya sang penitip bayar 10 ribu. Tidak boleh ada embel-embel ‘jasa’ kecuali memang dikenakan ongkir. Beliau juga berpendapat bahwa jastip terikat dengan hubungan utang piutang yang kelebihan / fee jastipnya dianggap sebagai riba. Dan riba hukumnya haram. Utang piutang dalam konteks ini karena jastiper (sebut saja A) membayari dulu alias nalangi orang-orang yang menitip (B), menggunakan uangnya A. artinya, B berhutang sekian rupiah kepada si A kemudian B membayar ‘lebih’ setelah transaksi selesai.
            Kami sempat tercenung lama dan hampir saja membatalkan membuka jastip (sebut saja begitu karena memang istilah tersebut sudah familiar). Kami lalu browsing, mencari referensi atas hukum itu. Ada sebagian ulama yang membolehkan sistem jastip ini dengan catatan sudah disepakati bersama jumlahnya sehingga sama sama tahu. Adapula pendapat yang melarang karena tetap jatuh pada ‘kelebihan pembayaran’ tersebut di atas. Solusinya tetap bisa ‘jalan’ tetapi dengan cara mengubah akad. Dari akad utang piutang menjadi akad jual beli. Jadi, A meniatkan memborong dagangan berupa buku, kemudian dijual kembali kepada B. Jadi A mendapatkan laba dari transaksi jual beli tersebut.
            Saya bersyukur atas ‘kebingungan’ itu. Ilmu agama saya memang tak seberapa. Masih awam sekali apalagi terkait fiqh muamalah kontemporer. Harus banyak belajar lagi, mencari lagi, dan bertanya lagi kepada guru yang paham. Mungkin tulisan saya di atas ada yang tidak sepakat bahkan menentang. Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar. Monggo bisa memberikan masukan dengan bahasa yang santun.
           

Perjalanan yang penuh rencana
            Inilah pertama kalinya—sejak menikah dan punya anak—saya dan adik saya punya sister time. Naik bus bareng. Menempuh kurang lebih 4 jam perjalanan. Bus nusantara yang kami tumpangi cukup nyaman dan tidak terlalu penuh. Kami berdua adalah emak-emak rasa backpacker sebab menenteng ransel yang super gendut ditambah printilan ini itu. Baru kali itu kami bisa ngobrol segala hal tanpa gangguan lima bocah yang biasanya riuh. Me time yang seru meski jauh dari lubuk hati yang paling dalam, selalu ingat rumah. Ingat kerempongan duo bapak mengasuh lima anak. Kepala kami dipenuhi segala hal, tumpang tindih. Sambil mengecek notifikasi dan memegang catatan berisi whistlist buku teman-teman, rencana demi rencana berkelebatan. Rasanya tak sabar ingin segera sampai di JEC. Beruntung kami dapat penginapan yang letaknya persis di seberang JEC.

Let’s Rock, BBW!
Setelah kami cek in dan ishoma, kami bergegas menuju lokasi BBW dengan semangat 45. Jam 2 siang, antrean di depan pintu masuk sudah panjang. Manula, ibu hamil, dan batita bisa langsung masuk karena prioritas.
            Setelah tas diperiksa (memastikan tidak ada benda berbahaya dan no food n drink) kami diizinkan masuk. Gedung sudah menjelma lautan manusia. Kami langsung ambil troli dan mulai menyasar booth buku-buku anak. Saya terpisah dengan Sandra. Kami langsung mengunggah foto-foto buku di grup wa. Saking rempongnya, sampai tidak sempat mengunggah di Instagram, padahal saya yakin orang lebih nyaman jika melihat feed Instagram daripada men-scroll chat grup yang bertumpuk-tumpuk. Yah, mohon maklum pengelama pertama.
            Oh ya kebanyakan whistlist kami adalah buku anak. Yang best seller dan banyak dicari adalah buku ajaib alias buku augmented reality (AR). Konsep buku AR ini adalah buku yang dilengkapi aplikasi yang harus diunduh kemudian di-scan di cover bukunya. Lantas muncul karakter dengan gambar dan suara yang menarik. A-come-to-life book. Ada buku Alif Sofia yang berjudul ‘Ayo Sholat’. Alif menggunakan peci dan baju koko. Didesain untuk anak laki-laki. Sementara Sofia menggunakan mukena. Cocok untuk anak perempuan. Download aplikasi alif Sofia di playstore dan langsung bisa digunakan untuk membuat Alif dan Sofia menjadi ‘hidup’.
            Selain dua buku ini ada buku AR impor lain. Ada 13 judul seperti Red riding hood, goldilocks, cinderella, alphabet, number, juga karakter binatang seperti jerapah, beruang, kelinci, singa, dan masih banyak lagi. Karena buku impor, jadi menggunakan bahasa inggris. Cukup unduh aplikasi hippo magic di playstore, lalu ikuti petunjuknya. Di BBW, jumlah buku ini melimpah ruah. Tidak limited editon seperti Alif Sofia. Untuk soal harga sama. 

kalau udah berhasil download, akan muncul gambar seperti ini
            Hari beranjak sore, lalu mendadak malam. Untuk sholat, kami harus bergantian karena troli harus dijaga biar buku yang sudah mau dibayar, tidak raib. Beruntung crew BBW sangat ramah, komunikatif, mau membantu, dan profesional. jadi, sangat memudahkan kami dalam segala hal. di BBW juga ada kafe, booth makanan, minuman, rak buku, sepeda, dan ekspedisi. komplik deh.
            BBW adalah surga bagi pecinta buku. Mau sesemrawut apapun, kami tetap semangat berburu. Bahkan sampai lupa mencari buku untuk diri sendiri. Sebagai momwriter wannabe yang bukunya masih seuprit, melihat label harga yang murmer, ada perasaan senang dan sedih. Senang karena sebagai pembaca, saya dapat buku referensi dengan harga murah. Sedih, karena proses menulis buku sangat panjang dan berliku. Butuh kesabaran ekstra untuk melihat naskah berubah wujud menjadi buku. Dan ketika dijual dengan harga murah, hikss tak bisa dipungkiri ada sesak melanda. Mon maap ya jadii curcol.
            Jam 10 malam kami selesai rekap dan bayar transaksi. Meski lelah, haus, lapar, dan ngantuk, semua terbayar karena berhasil mendapatkan buku pesanan teman-teman. Makan malam kami jam 11 malam. Langsung mandi dan tidur.


            Live shopping hari kedua, kami start jam 8 pagi. Karena weekend, dari hotel sudah tampak parkiran penuh kendaraan. Bahkan semakin siang, antrean bisa sepanjang 100 meter. Buku-buku yang dicari sudah berganti posisi entah kemana. Sebagian sudah berganti dengan buku-buku  baru yang ditata rapi. Dan yang membuat saya tercengang, pembelian buku AR ayo sholat sudah dibatasi. Ada jadwal restok dimana wolfies harus antre untuk membelinya. Itupun dibatasi satu orang hanya boleh mengambil maksimal 2 buku. Alhamdulillah saat awal-awal live shopping, kami beruntung mendapatkan banyak buku AR pesanan teman-teman. Sebelum asar kami sudah selesai belanja dan kembali menggotong-gotong plastik berat sampai ke hotel. Ugh! Harusnya memang bawa koper.
  oh ya kalian juga bisa pepotoan di sana dan upload foto dengan hastag #barbukbbwjogja19 . dalam sehari diambil 30 orang yang berhak mendapatkan hadiah berupa voucher belanja buku seilai 150k dan totebag keren senilai 150k. Bagi pemenang foto, di akhir event berkesempatan memenangkan grandprize berupa rak buku seisinya (yang bukunya bisa kita pilih sendiri). heuu mupeng banget.


Ketika ke BBW membawa anak-anak
            Malam minggu, duo bapak gentian ke BBW jam setengah 12 malam  sampai jam 2 pagi. Sepi? Nggak lah. BBW buka 24 jam dan malam minggu malah ramai. Buku AR ayo sholat restok jam 1 pagi dan tetap antre. Ck ck ck! Sungguh sesuatu.
            Esok harinya gantian emak emak yang ke BBW lagi. Hanya mencari buku-buku yang kemarin belum sempat di-keep. Ternyata banyak yang sudah hilang. Ya sudahlah belum rezeki.
            Setelah sarapan, anak-anak nyusul sama bapaknya ke BBW. Mereka sengaja saya suruh pilih buku sendiri sesuai keinginannya. Biar puas. Biar menyaksikan langsung jutaan buku yang bertumpuk diserbu ratusan manusia yang berjubel di sana. Kalau lihat yang seperti ini saya jadi sangsi, benarkah minat baca Indonesia rendah?
            Setengah jam berlalu, si bungsu sudah mulai rewel. Ia merasa tak nyaman. Rasa bersalah meretas di hati sebab terpaksa nyuekin anak-anak. Akhirnya saya ditemani dua bocah, plus Sandra juga ditemani dua bocah menjaga tiga troli. The rempongest emak dah. Pusing, gerah, dan pengap bahkan sampai ada orang yang pingsan. Setelah clear, kami bergegas ke kasir untuk membayar. Begitu keluar dari BBW, rasanya seperti mendapat angin segar. Jam 10 kami bergegas ke hotel, menenteng plastik-plastik berat, menggandeng  tangan bocah, melalui antrean yang semakin panjang dari hari-hari sebelumnya. Sungguh epic pengalaman kali ini. Meski hanya 3 hari, badan kami sudah meminta haknya untuk … pijat!


            Jam 12 lebih sedikit, kami cek out dan langsung otw pulang. Mobil bagian belakang penuh muatan berisi buku-buku. Eh, mampir dulu ke artos Magelang untuk nyenengin anak-anak main di playground.
            Goodbye BBW!
            Goodbye Jogja!
            Nice day with u. hopefully we’ll meet again next year. Aamiin . 


bongkaran belanjaan. makasih banyak wolfies


Komentar

Shandra Meets Abdul mengatakan…
Masih kurang 1 lagi.. menang voucher belanjaaaaa yeeayy hehehehehe
Wahyu Widyaningrum mengatakan…
Mupeng tp kayaknya gasanggup kalo ke sanacdewe. Aku masih pingin Sherlock Holmes sama Enyd Bliton mbak hihihi
Arinda Shafa mengatakan…
@Sandra: wkwkwk cukup menjadi rahasia. masuk rekor muri ntar hahaha
@mb wahyu: dewe pas weekdays mbak. isuk isuk. lengang dan puas belanjanya wkwkw

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel 'mengejar-Ngejar Mimpi' Dedi Padiku

Judul Buku       : Mengejar-Ngejar Mimpi Penulis              : Dedi Padiku Penerbit            : Asma Nadia Publishing House Jumlah halaman: 324 halaman Tahun Terbit    : Mei 2014 Jungkir Balik Demi Mimpi             Kisah ini berawal dari impian. Mimpi seorang pemuda lugu bernama Dedi yang sejak kecil ditinggal orangtua. Ia menjadi sopir angkot demi bisa makan dan membiayai sekolah. Ia dipertemukan dengan sahabat-sahabat terbaik dan cinta pertama yang kandas, bersamaan dengan kelulusan sekolah.               Mimpinya untuk menjadi orang sukses tak pernah padam, meski suratan nasib mempermainkannya begitu kejam. Meski begitu, ia harus berjuang. Menjemput mimpi untuk bekerja di Jepang. Lagi-lagi, jalan takdir membelokkan arah hidupnya. Ia harus merasakan kembali menjadi sopir, kuli panggul, dan menantang kerasnya hidup di kota Palu dan Manado. Lantas, ibukota pun didatanginya dengan modal nekat, juga sempat berkhianat. Demi bertahan hidup di Jakarta, pekerjaa

Review Film Keluarga Cemara: Menyadarkan Kita akan Makna Keluarga

Assalamu’alaikum, kawans Alhamdulillah kami dapat kesempatan untuk nonton film yang barusan rilis, yaitu Keluarga Cemara. Film yang tayang serentak di bioskop Indonesia sejak tanggal 3 januari 2019 lalu, menyedot banyak penonton dari banyak kalangan. Orangtua, anak-anak, bahkan remaja. Segala usia lah. Di hari kedua tayang, kami sekeluarga berniat nonton mumpung ada jadwal tayang jam 19.15 di DP Mall. Pikir kami, nonton sudah dalam keadaan lega. Udah shalat isya dan makan malam. Jadilah habis maghrib kami turun gunung dalam keadaan mendung pekat. Hujan udah turun. Saya berdoa agar hujan segera berhenti demi menepati janji sama anak-anak. Alhamdulillah doa saya terkabul. Namun, eng ing eng! Ada tragedi kehabisan bensin di tengah jalan sehingga sampai di bioskop sudah lewat setengah jam. Ternyata jadwal tayang jam 19.15 juga sudah sold out. Akhirnya kepalang tanggung sudah sampai di sini. Kami ambil tiket yang mulai jam 21.35 dan dapat seat baris kedua dari layar. It means

(Resensi) Novel Guru Aini: Tentang Cita-Cita, Keberanian, dan Idealisme

Judul                : Guru Aini Penulis              : Andrea Hirata Penerbit            : Bentang Pustaka Cetakan            : pertama, Februari 2020 Jumlah hal        : 336 halaman ISBN                : 978-602-291-686-4 sumber: www.mizanstore.com             Gadis lulusan terbaik itu bernama Desi. Jelita, jangkung, dan cerdas bukan buatan meski berkemauan kuat dan berkepala batu. Orangtuanya juragan terpandang. Dengan berbagai anugerah itu, Desi bisa menjadi apapun yang dia inginkan. Namun tak dinyana, di usianya yang baru 18 tahun, dia sudah mengambil keputusan besar dalam hidupnya. Desi ingin mengabdi di pelosok desa sebagai guru matematika sebab negeri ini kekurangan guru matematika. Desi tak sedikitpun tergiur oleh karir-karir menjanjikan di luar sana. Menjadi guru adalah panggilan jiwa.             Sang ayah memberikan hadiah sepasang sepatu olahraga untuk Desi untuk menggapai cita-citanya. Sepatu isti