Langsung ke konten utama

Memahami Curahan Rindu Para Calon Ibu


          

  Menjadi ibu adalah impian dan kerinduan bagi setiap wanita yang sudah menikah. Kehadiran buah hati merupakan anugerah tak ternilai bagi pasangan suami istri. Namun, dalam perjalanan kehidupan terkadang harapan dan kenyataan acapkali berbenturan. Ekspektasi dan realita seringkali tak seiring sejalan. Impian untuk segera hamil, melahirkan, dan menimang buah hati yang tak segera terwujud, mentunaskan kegalauan di hati.
            Setiap calon ibu memiliki kisah perjuangannya masing-masing. Bagaimana mereka menyiapkan fisik dan mental untuk proses menakjubkan bernama kehamilan. Teriring doa-doa yang dipanjatkan tanpa lelah. Usaha berupa terapi, inseminasi, pijat, herbal, dan segala macam telah dicoba sebagai bentuk ikhtiar. Hingga tawakal menjadi penyempurna. Semua itu tak luput dari skenario Yang Maha Kuasa.
            “Mungkin memang benar yang dikatakan orangtua dulu. ‘Ojo ngoyo’. Semakin kita menginginkan sesuatu, sakit rasanya bila keinginan itu lepas dari genggaman.” (hal. 152)
Ada seorang calon ibu yang mengisahkan tentang vonis dokter yang sempat menghancurkan harapan yaitu adanya penyakit lupus. Penyakit langka yang ditakutkan akan semakin sulit untuk memiliki keturunan. Ada yang diuji dengan keguguran, placenta previa, pre-Eklamsia Berat, kehadiran kista dan miom dalam rahim, adanya sindrom PCOS atau ketidakseimbangan hormon di dalam tubuh. Adapula yang setelah lama menanti, buah hati lahir dalam keadaan cacat. Mereka berusaha bertahan dalam kesabaran. Namun, yang lebih menyesakkan dari kesemuanya itu adalah opini orang yang seakan menyudutkan wanita yang tidak kunjung hamil setelah menikah. Cibiran, sindiran, bahkan ungkapan menyakitkan diucapkan secara frontal tanpa tedeng aling-aling.
“Aku pun sampai pada titik kepasrahan bahwa anak adalah hak prerogatif Tuhan. Berapa pun kelak jumlah keturunan yang kami miliki, apapun jenis kelaminnya, bukanlah level manusia untuk menjawabnya. Jadi, kalau sampai orang-orang mempertanyakan hal-hal seperti itu, apa tidak sama saja dengan mempertanyakan ketetapan Tuhan?” (hal. 186)
Buku kisah nyata inspiratif ini mengajarkan kita tentang kekuatan sabar, berprasangka baik pada Tuhan, serta pantang berputus asa dari rahmat-Nya. Dituturkan dengan bahasa ringan tetapi menyentuh hati. Curahan hati dari para ibu dan calon ibu yang mengetuk nurani tentang sosok mulia sepanjang zaman: ibu.


Judul                : Indahnya Jika Dipanggil Bunda
Penulis             : Rosdiana Amalia dkk.
Penerbit          : Laksana
Tebal               : 212 halaman
Cetakan           : Pertama, Juli 2018
ISBN                 : 978-602-407-409-8

Komentar

Anisa AE mengatakan…
Wah bagus nih sepertinya bukunya. Keren

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel 'mengejar-Ngejar Mimpi' Dedi Padiku

Judul Buku       : Mengejar-Ngejar Mimpi Penulis              : Dedi Padiku Penerbit            : Asma Nadia Publishing House Jumlah halaman: 324 halaman Tahun Terbit    : Mei 2014 Jungkir Balik Demi Mimpi             Kisah ini berawal dari impian. Mimpi seorang pemuda lugu bernama Dedi yang sejak kecil ditinggal orangtua. Ia menjadi sopir angkot demi bisa makan dan membiayai sekolah. Ia dipertemukan dengan sahabat-sahabat terbaik dan cinta pertama yang kandas, bersamaan dengan kelulusan sekolah.               Mimpinya untuk menjadi orang sukses tak pernah padam, meski suratan nasib mempermainkannya begitu kejam. Meski begitu, ia harus berjuang. Menjemput mimpi untuk bekerja di Jepang. Lagi-lagi, jalan takdir membelokkan arah hidupnya. Ia harus merasakan kembali menjadi sopir, kuli panggul, dan menantang kerasnya hidup di kota Palu dan Manado. Lantas, ibukota pun didatanginya dengan modal nekat, juga sempat berkhianat. Demi bertahan hidup di Jakarta, pekerjaa

Review Film Keluarga Cemara: Menyadarkan Kita akan Makna Keluarga

Assalamu’alaikum, kawans Alhamdulillah kami dapat kesempatan untuk nonton film yang barusan rilis, yaitu Keluarga Cemara. Film yang tayang serentak di bioskop Indonesia sejak tanggal 3 januari 2019 lalu, menyedot banyak penonton dari banyak kalangan. Orangtua, anak-anak, bahkan remaja. Segala usia lah. Di hari kedua tayang, kami sekeluarga berniat nonton mumpung ada jadwal tayang jam 19.15 di DP Mall. Pikir kami, nonton sudah dalam keadaan lega. Udah shalat isya dan makan malam. Jadilah habis maghrib kami turun gunung dalam keadaan mendung pekat. Hujan udah turun. Saya berdoa agar hujan segera berhenti demi menepati janji sama anak-anak. Alhamdulillah doa saya terkabul. Namun, eng ing eng! Ada tragedi kehabisan bensin di tengah jalan sehingga sampai di bioskop sudah lewat setengah jam. Ternyata jadwal tayang jam 19.15 juga sudah sold out. Akhirnya kepalang tanggung sudah sampai di sini. Kami ambil tiket yang mulai jam 21.35 dan dapat seat baris kedua dari layar. It means

(Resensi) Novel Guru Aini: Tentang Cita-Cita, Keberanian, dan Idealisme

Judul                : Guru Aini Penulis              : Andrea Hirata Penerbit            : Bentang Pustaka Cetakan            : pertama, Februari 2020 Jumlah hal        : 336 halaman ISBN                : 978-602-291-686-4 sumber: www.mizanstore.com             Gadis lulusan terbaik itu bernama Desi. Jelita, jangkung, dan cerdas bukan buatan meski berkemauan kuat dan berkepala batu. Orangtuanya juragan terpandang. Dengan berbagai anugerah itu, Desi bisa menjadi apapun yang dia inginkan. Namun tak dinyana, di usianya yang baru 18 tahun, dia sudah mengambil keputusan besar dalam hidupnya. Desi ingin mengabdi di pelosok desa sebagai guru matematika sebab negeri ini kekurangan guru matematika. Desi tak sedikitpun tergiur oleh karir-karir menjanjikan di luar sana. Menjadi guru adalah panggilan jiwa.             Sang ayah memberikan hadiah sepasang sepatu olahraga untuk Desi untuk menggapai cita-citanya. Sepatu isti