Langsung ke konten utama

Yuk, Ngobrolin Resolusi 2017

Banner GA #Resolusiku2017

Assalamu’alaikum guys,

Nggak terasa ya kita sudah berada di penghujung tahun 2016. Sudah separuh bulan Desember kita lalui. Time flies so fast. Kalau mau flashback alias muhasabah, ada rasa sedih juga gembira. Ada pencapaian yang memuaskan. Adapula target yang terlewat. Hiks. Namun, terlepas dari itu semua, harus tetap bersyukur karena telah diberikan anugerah kesehatan, kesempatan, umur panjang, dan nikmat-nikmat dari-Nya yang takkan pernah  bisa kita hitung. Alhamdulillah.

Ngobrolin tentang Resolusi 2017, ada banyak hal yang ingin saya wujudkan. Meski sebenarnya, tak perlu menunggu momen pergantian tahun untuk memiliki sebuah resolusi hidup.  Namun, sudah lazimnya orang-orang ngomongin tentang resolusi di akhir tahun karena mungkin lebih greget dalam menentukan resolusi. Ya nggak sih? Hihi ini pendapat subjektif saya sih. Biar makin semangat, saya akan beberkan resolusi 2017 saya di blog ini sekalian ikut GA dan sekalian agar pembaca blog ini banyak yang ikut mendoakan. Aamiin. Benar-benar sambil menyelam, minum air, dan badan jadi bugar nih (asal nggak sampai blendingen ya :D)

1. Terus dan terus memperbaiki diri dan ibadah
Memperbaiki diri memang konteksnya sangat luas. Hal itu mencakup segala hal. Mulai dari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan yang lebih luas. Secara spesifik, saya ingin menempa diri menjadi sosok yang lebih baik, terutama dalam peranan sebagai istri, ibu, dan juga guru sebagai sekolah pertama dan utama bagi anak-anak #ehm.  Memang hal itu sangat nggak mudah. Banyak tantangan yang harus dihadapi dengan kepala adem. Apalagi sebagai emak tanpa ART, harus multitasking dan banyak-banyak belajar menata hati agar semua yang dilakukan diridhoi-Nya.

saya dan kedua bocah

Selain itu, soal muamalah dan ibadah harus meningkat.  Harus makin rajin ngaji, silaturahim, perbanyak sedekah dan berbuat baik. Malu rasanya. Umur semakin bertambah, tapi ibadah dan amalan segitu-gitu aja. Hiks. Semoga Allah mudahkan untuk mewujudkan niat saya ini. Aamiin.

2. Melahirkan normal tanpa jahitan
Hehe. Kedengarannya ini resolusi out of the box ya.  Tapi ini sengaja saya masukkan dalam list soalnya saat saya sedang nulis ini, usia kandungan saya menginjak 37 minggu (sambil mengatur napas karena sesak hihi). Hari perkiraan lahir (HPL) calon baby saya 9 januari 2017. Entah nantinya lahir maju atau mundur dari perkiraan, saya serahkan kepada Allah saja. Dia Maha Tahu yang terbaik. Yang tak luput dari doa adalah saya ingin melahirkan normal tanpa jahitan. Saya dan debay sehat, tak kurang suatu apa. Huhu. Ceritanya sih masih agak-agak trauma saat lahiran Syamil 4 tahun lalu. Berat bayi 3.5 kg. Benar-benar perjuangan ekstra untuk mengejan. Rasa jahitannya sedap-sedap aduhai. Meski orang bilang, hamil dan melahirkan itu kapok lombok, tetap saja merinding disko menghadapinya. Rasanya perlu hipnobirth deh. So, mohon doa dan motivasinya ya teman-teman.
baby Syamil


3. Pulang kampung
Memang kampung kelahiran saya lumayan dekat. Nggak perlu momen lebaran untuk pulang kampung. Ambarawa-Semarang cukup ditempuh dalam waktu 1 jam perjalanan. Pulangpun bisa sebulan dua kali untuk ngobatin kangen sama ortu dan sodara. Namun, kampung yang saya maksud di sini adalah kampung suami di Sumatera Barat sana. Terakhir kali saya menginjakkan kaki di Padang adalah awal tahun 2010 saat si sulung Shafa masih berusia 8 bulan. Saat itu juga pengalaman saya naik pesawat for the first time. Huks. Setelah itu beberapa kali bapak ibu mertua juga adek ipar yang main ke Semarang. Syamil pun belum pernah dolan ke rumah eyangnya.  Suami beberapa kali pulang kampung tetapi saya tidak ikut. Kendalanya, dulu soal jam kerja suami yang nggak boleh ijin lama. Selain itu juga dana at least untuk tiket pesawat Padang-Semarang, masih transit di Jakarta untuk empat orang pulang-pergi, akomodasi, dll apalagi kalau musim liburan dan lebaran.
Kebun teh solok. kampung halaman suami yang adeeem banget
pict: google

Sedih rasanya hanya bisa berkomunikasi lewat telepon dan sms. Kebayang, punya dua cucu tapi nggak pernah bertemu. Semoga tahun ini dan tahun-tahun berikutnya kami diberikan kelapangan rezeki biar  bisa rombongan pulang kampung plus jalan-jalan ke Padang. Aamiin.  #Curhat mode on

4. Terbit buku di penerbit mayor
Beberapa tahun mencicipi dunia literasi, saya belum bisa dikatakan produktif.  Meski buku antologi hampir 100 biji, beberapa tulisan dimuat di media lokal dan nasional, dan pernah menerbitkan 4 buku solo secara indie,  semua itu belum apa-apa (lha wong banyak nganggurnya daripada nulisnya). Terbukti pada blog yang nyaris dipenuhi sarang laba-laba saking lamanya nggak diupdate. Hiks. Selain itu, saya belum pernah merasakan euforia jika buku terbit mayor dan beredar di toko-toko buku di seluruh Indonesia (kecuali antologi). So, saya hanya bisa mupeng saat main ke Gramedia dan menemukan buku-buku karya teman seperjuangan saya di rak-rak new release, recommended, atau best seller.

Lalu kapan giliran saya?
Buku pertama. cikal bakal buku selanjutnya aamiin

Plakk! Saya benar-benar tertampar. Yeah, menjadi penulis memang harus fokus dan istiqomah. Seorang penulis ya kerjanya nulis, rajin baca, riset, jalan-jalan juga ding hihi. Harus tertarget misal sehari nulis 3 halaman dan berusaha mematuhinya. Istilahnya no excuse gitu. Saya juga belajar dari kepoin penulis-penulis senior.  Dari situlah saya berniat untuk menulis buku. Learning by doing meski terseok-seok dan nyaris putus asa. Setelah selesai, endapkan, editing, kirim, dan masih nunggu ACC/nggaknya. So, jadi penulis kudu sabaar memang.

Di sepanjang perjalanan, saya ngerasain juga betapa pedihnya sebuah penolakan, di PHP-in editor, nunggu sampai tahunan, dsb. Namun, seperti manusia, setiap naskah memang ada jodohnya sendiri-sendiri #eh. Buah manisnya, ada 5 naskah (2 solo, 3 duet)  yang sudah ACC  penerbit mayor. Semoga kelima ‘anak’ tersebut benar-benar terbit tahun 2017 tanpa halangan yang berarti. Aamiin.

5. Bakulan makin laris
Beberapa bulan terakhir ini saya menjajal jualan Resya pembalut kain cuci ulang. Untuk pemasaran, bisa offline dan online. Saya juga membuka peluang untuk reseller. Hasilnya lumayan untuk pemasukan rumah tangga. Memang sih ini hanya usaha sambilan (sambil momong anak, bersih-bersih, nulis, dan bakulan) tetapi saya berusaha untuk menjadi bakul yang professional. Sebisa mungkin mengutamakan kepuasan pelanggan.

Resya pembalut kain .yuks diorder hihi

Oh ya, niat saya jualan pembalut kain adalah mencari usaha yang berkah. Real picture dan no tipu-tipu. Dagang kan sembilan dari sepuluh pintu rezeki. Iya kan? Hihi. Selain itu untuk mensosialisasikan pembalut kain sebagai alternatif mencegah kanker serviks mengingat ngerinya bahan kimia yang terkandung dalam pembalut sekali pakai yang beredar di pasaran. Insyaa Allah Resya sehat, aman, nyaman, dan hemat. #teteup ngiklan.  Semoga di tahun depan, bisnis ini semakin berkembang dan semakin dikenal khalayak. Aamiin.

6. Beli rumah tanpa KPR
Wuihh, banyak juga ya resolusi saya tahun depan.  Tapi nggak papa deh.  Pepatah bilang, kalau gagal merencanakan, itu artinya merencanakan untuk gagal.  Lagian, punya impian itu gratis. Dengan memiliki impian, kita punya booster untuk terus bergerak dan berusaha meski tertatih #halah.

rumah minimalis, sederhana, tapi looks homy
Mungkin terdengar muluk banget jika zaman sekarang punya idealisme: beli rumah tanpa KPR. Seperti utopia yang tak terjangkau nalar mengingat saat ini banyak penawaran KPR dengan berbagai kemudahan. Dari awal nikah dulu, kami punya tekad beli rumah tanpa KPR. Entah beli tanah dulu, nyicil beli material, dan sebagainya meski bertahun-tahun kami rela jadi kontraktors (alias ngontrak rumah) dan mengalami 3 kali pindahan hiks. Kami sudah ngincer lokasi berupa tanah kapling kosong yang sampai sekarang masih belum terjual (sst…nantikan kisah lengkapnya di buku nonfiksi yang Insyaa Allah terbit tahun 2017). Allah Maha Kaya. Kami yakin, sesuatu yang ditakdirkan-Nya menjadi rezeki kami, takkan Dia berikan kepada orang lain. Semoga Allah mudahkan. Aamiin.

Nah, ada 6 poin resolusi 2017 saya. Resolusi yang serupa bintang di langit. Tinggi dan tak terjangkau. Namun, dengan memaksimalkan doa dan ikhtiar langit bumi, tak ada yang mustahil bagi-Nya, kan?

Wassalamu’alaikum wr wb

Tulisan ini diikutkan dalam Hidayah-Art First Giveaway "Resolusi Tahun 2017 Yang Paling Ingin Saya Wujudkan"


Komentar

Santi Dewi mengatakan…
waah... bukunya udah banyak ya mba, sampe antologinya udah 100 :) Semoga semua resolusinya bisa terkabul ya...
Vita Pusvitasari mengatakan…
Semoga semua resolusinya tercapai ya mbak arinda Aamiin
Anis Khoir mengatakan…
Sukses mbak ikutan GA, semoga menang dan resolusi juga tercapai.
khairiah mengatakan…
Moga resolusinya tercapai
Wahyu Widyaningrum mengatakan…
Doa terkecegn buatmu, moga lairannya lancar cepat dan sehat semua ya Mbak.
Dan kuaminkan buat semua, rumah, pulkam, acc mayor lagi dan lagi.
SUkses ya Mbak, ga na jugak :)
Rosanna Simanjuntak mengatakan…
Menurut saya tetap saja mbak keren. Sudah berhasil menelurkan buku. Aku masih fokus ngeblog dan menulis caption untuk lomba foto di sosial media.

Sukses untuk giveawaynya ya.

Kayaknya ini... kunjungan perdana ya?

Salam dari bumi Borneo.
Zaitun Hakimiah NS mengatakan…
Semoga lahirannya lancar Mbak :)
Sehat untuk ibu dan bayinya..

Btw, salam kenal ya :D
Hidayah Sulistyowati mengatakan…
Makasih ya Rinda, udah ikutan GA aku. Moga terwujud semua impianmu :)
Uniek Kaswarganti mengatakan…
Ditunggu kehadiran buku2 solonya ya Rinda, semoga makin semangat nulisnya. Juga semoga tercapai semua resolusi yang telah ditetapkan (kecuali yg soal jahitan itu ya hihiii...)
Relita Aprisa mengatakan…
Mba Arinda keren, udah nerbitin beberapa buku..jd pengen belajar sm mb :) smg resolusi nya th ini tercapai yaa mb..Aamiin

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel 'mengejar-Ngejar Mimpi' Dedi Padiku

Judul Buku       : Mengejar-Ngejar Mimpi Penulis              : Dedi Padiku Penerbit            : Asma Nadia Publishing House Jumlah halaman: 324 halaman Tahun Terbit    : Mei 2014 Jungkir Balik Demi Mimpi             Kisah ini berawal dari impian. Mimpi seorang pemuda lugu bernama Dedi yang sejak kecil ditinggal orangtua. Ia menjadi sopir angkot demi bisa makan dan membiayai sekolah. Ia dipertemukan dengan sahabat-sahabat terbaik dan cinta pertama yang kandas, bersamaan dengan kelulusan sekolah.               Mimpinya untuk menjadi orang sukses tak pernah padam, meski suratan nasib mempermainkannya begitu kejam. Meski begitu, ia harus berjuang. Menjemput mimpi untuk bekerja di Jepang. Lagi-lagi, jalan takdir membelokkan arah hidupnya. Ia harus merasakan kembali menjadi sopir, kuli panggul, dan menantang kerasnya hidup di kota Palu dan Manado. Lantas, ibukota pun didatanginya dengan modal nekat, juga sempat berkhianat. Demi bertahan hidup di Jakarta, pekerjaa

Review Film Keluarga Cemara: Menyadarkan Kita akan Makna Keluarga

Assalamu’alaikum, kawans Alhamdulillah kami dapat kesempatan untuk nonton film yang barusan rilis, yaitu Keluarga Cemara. Film yang tayang serentak di bioskop Indonesia sejak tanggal 3 januari 2019 lalu, menyedot banyak penonton dari banyak kalangan. Orangtua, anak-anak, bahkan remaja. Segala usia lah. Di hari kedua tayang, kami sekeluarga berniat nonton mumpung ada jadwal tayang jam 19.15 di DP Mall. Pikir kami, nonton sudah dalam keadaan lega. Udah shalat isya dan makan malam. Jadilah habis maghrib kami turun gunung dalam keadaan mendung pekat. Hujan udah turun. Saya berdoa agar hujan segera berhenti demi menepati janji sama anak-anak. Alhamdulillah doa saya terkabul. Namun, eng ing eng! Ada tragedi kehabisan bensin di tengah jalan sehingga sampai di bioskop sudah lewat setengah jam. Ternyata jadwal tayang jam 19.15 juga sudah sold out. Akhirnya kepalang tanggung sudah sampai di sini. Kami ambil tiket yang mulai jam 21.35 dan dapat seat baris kedua dari layar. It means

(Resensi) Novel Guru Aini: Tentang Cita-Cita, Keberanian, dan Idealisme

Judul                : Guru Aini Penulis              : Andrea Hirata Penerbit            : Bentang Pustaka Cetakan            : pertama, Februari 2020 Jumlah hal        : 336 halaman ISBN                : 978-602-291-686-4 sumber: www.mizanstore.com             Gadis lulusan terbaik itu bernama Desi. Jelita, jangkung, dan cerdas bukan buatan meski berkemauan kuat dan berkepala batu. Orangtuanya juragan terpandang. Dengan berbagai anugerah itu, Desi bisa menjadi apapun yang dia inginkan. Namun tak dinyana, di usianya yang baru 18 tahun, dia sudah mengambil keputusan besar dalam hidupnya. Desi ingin mengabdi di pelosok desa sebagai guru matematika sebab negeri ini kekurangan guru matematika. Desi tak sedikitpun tergiur oleh karir-karir menjanjikan di luar sana. Menjadi guru adalah panggilan jiwa.             Sang ayah memberikan hadiah sepasang sepatu olahraga untuk Desi untuk menggapai cita-citanya. Sepatu isti