Langsung ke konten utama

Menjajal Resto La Playa nan Memesona

Sebentar lagi liburan usai. Selama dua pekan ini nyaris tak kemana mana karena suami pulang kampung. Selama 3 hari saya dan anak-anak sempat flu berat. Hikss.

Alhamdulillah setelah sehat kami berencana healing dan piknik tipis tipis alias masih satu kota saja.

Pilihan kami jatuh pada La Playa. Sebuah resto kekinian yang terletak di area Pantai Marina. harus diakui, kami termasuk korban Instagram sih. Hihi.

Sudah lama banget kami nggak ke pantai karena efek pandemi. Terakhir ke pantai Marina akhir tahun 2017. Di La Playa ini suasana pantainya dapet banget. Sangat cocok buat anak yang demen main pasir dalam zona yang aman karena dibatasi oleh bebatuan. Yah, Bagaimana lagi. Ke gunungkidul tidak memungkinkan. jadi sini sini saja dan tetap bisa bahagia.

La Playa ini mengusung konsep resto alam dengan view langsung menghadap pantai. Tempatnya semi permanen (rumah boks) yang menawarkan resto indoor dan outdoor. Resto ini ditata sedemikian rupa dengan ornamen khas pantai. Ada lampu lampu rotan, lantai berpasir putih, kursi rotan, meja kayu, kursi kayu ,dan sofa dengan payung besar yang menghadap langsung ke pantai. Ketika masuk ke dalam lokasi, langsung disambut dengan icon la Playa yaitu pintu kayu jadul terbuka yang sengaja diletakkan di tengah-tengah resto untuk tujuan foto. Seakan akan pintu tersebut seperti pintu Doraemon yang membawa kita menuju hamparan pasir dan ombak yang berkejaran.


Resto yang buka sejak Februari 2021 ini menawarkan beragam menu western seperti churros, fish n chips, onion rings, mushroom soup, smoked beef salad,  waffle, melted banana roll, dan masih banyak lagi. Untuk harga sesuai dengan tempatnya hihi. kisaran 30ribuan ke atas untuk satu porsi makanan dan 20ribuan ke atas untuk satu gelas minuman. Worth it untuk menikmati suasana pantai dengan angin sepoi sepoi. Wuih sampai anak-anak enggan pulang. mereka asyik mengumpulkan kerang-kerang kecil.

Resto yang terletak di Jl. Marina Karimun, Kota Semarang, Jawa Tengah 50144 ini buka dari jam 11 siang sampai jam 11 malam. Disarankan datang pas bukan jam makan, biar tidak terlalu ramai. Sebelum datang ke sini, bisa kepoin dulu instagramnya @laplaya.semarang. saat tiba di lahan parkir yang luas, kita disambut oleh susunan jendela-jendela kayu yang dicat warna warni. Ada tulisan 'La Playa' besar yang cocok untuk berfoto.
Oh ya wajib scan di aplikasi peduli lindungi untuk akses ke resto ini. Selamat mencoba.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel 'mengejar-Ngejar Mimpi' Dedi Padiku

Judul Buku       : Mengejar-Ngejar Mimpi Penulis              : Dedi Padiku Penerbit            : Asma Nadia Publishing House Jumlah halaman: 324 halaman Tahun Terbit    : Mei 2014 Jungkir Balik Demi Mimpi             Kisah ini berawal dari impian. Mimpi seorang pemuda lugu bernama Dedi yang sejak kecil ditinggal orangtua. Ia menjadi sopir angkot demi bisa makan dan membiayai sekolah. Ia dipertemukan dengan sahabat-sahabat terbaik dan cinta pertama yang kandas, bersamaan dengan kelulusan sekolah.               Mimpinya untuk menjadi orang sukses tak pernah padam, meski suratan nasib mempermainkannya begitu kejam. Meski begitu, ia harus berjuang. Menjemput mimpi untuk bekerja di Jepang. Lagi-lagi, jalan takdir membelokkan arah hidupnya. Ia harus merasakan kembali menjadi sopir, kuli panggul, dan menantang kerasnya hidup di kota Palu dan Manado. Lantas, ibukota pun didatanginya dengan modal nekat, juga sempat berkhianat. Demi bertahan hidup di Jakarta, pekerjaa

(Resensi) Novel Guru Aini: Tentang Cita-Cita, Keberanian, dan Idealisme

Judul                : Guru Aini Penulis              : Andrea Hirata Penerbit            : Bentang Pustaka Cetakan            : pertama, Februari 2020 Jumlah hal        : 336 halaman ISBN                : 978-602-291-686-4 sumber: www.mizanstore.com             Gadis lulusan terbaik itu bernama Desi. Jelita, jangkung, dan cerdas bukan buatan meski berkemauan kuat dan berkepala batu. Orangtuanya juragan terpandang. Dengan berbagai anugerah itu, Desi bisa menjadi apapun yang dia inginkan. Namun tak dinyana, di usianya yang baru 18 tahun, dia sudah mengambil keputusan besar dalam hidupnya. Desi ingin mengabdi di pelosok desa sebagai guru matematika sebab negeri ini kekurangan guru matematika. Desi tak sedikitpun tergiur oleh karir-karir menjanjikan di luar sana. Menjadi guru adalah panggilan jiwa.             Sang ayah memberikan hadiah sepasang sepatu olahraga untuk Desi untuk menggapai cita-citanya. Sepatu isti

Puisi-Puisi Arinda Shafa

Puisi-Puisi Arinda Shafa Puisi Perpisahan dari siswa untuk guru Janjiku Pada Bunda Guru Tiga tahun lalu, aku terpaku Termangu-mangu Terperangkap di kelas asing, teman-teman baru, Dan ruang gedung yang bisu Melongok-longok dengan beribu ingin tahu Pada sosok guru berkemeja dua saku Oh! Langkahmu tegap tanggalkan ragu Senyummu cerah, rekah, merona-rona Serupa rumpun-rumpun tetaman bunga Beruntai-untai ilmu menyeruak ke segala penjuru Peradaban tegak di pundak punggungmu Kami berkelana,tersesat di tempat-tempat jauh Imajinasi, inspirasi, buncah bergemuruh Keseriusan, ditingkah canda nan gaduh Namun, waktu meniup bulir-bulir kenangan Serupa kuncup-kuncup benangsari dihembus angin siang hari Dedaun luruh, hempas menyedihkan di atas lapangan upacara Di sana, ribuan kisah terangkai tercipta Seelok kilau mutiara raja brana Wahai guruku, sang penggubah peradaban Kan kutampatkan kata-katamu di atas nampan pualam Teguh janjilah sudah, b