Langsung ke konten utama

Di balik layar terbitnya komik Next G '5 jam Jadi Ibu'

sumber: www.mizanstore.com



Anak kelas 2 SD itu langsung laporan ketika pulang dari sekolah.
"Mi, besok diminta ustadzah bawa sarung sama beras 2 kilo," ucapnya sambil menyelonjorkan kaki. Mungkin dia harus segera ngomong sebab emaknya sering mengultimatum bahwa nggak ada edisi dadak mendadak dalam membawa tugas sekolah.
"Untuk apa kak?" tanya saya penasaran juga. Dia mengendikkan bahu.
Hmm baiklah. Malamnya saya siapkan beras dua kilo dan ambil sarung abinya di lemari.

Saat menjelang siang, wa grup wali murid ramai. Tang Ting Tung! Ternyata ustadzah mengirimkan banyak foto anak-anak yang sedang 'menjadi Ibu' di hari Senin itu. Para siswi (Annisa) ada yang selonjor kelelahan. Ada yang menelungkupkan wajah di atas meja. Ada yang membetulkan 'posisi perut' yang berkali kali melorot. Yang membuat saya geli banget adalah saat para siswa (Ar Rijal) hanya duduk termangu-mangu di teras kelas. Menatap mupeng para kakak kelas yang asyik main bola.  Tendang sana, tendang sini sambil tertawa-tawa. Ar Rijal kelas 2 berwajah nelangsa. Maksud hati ingin main bola tapi apa mau dikata. Ada 'beban amanah' di perut yang harus dijaga agar tidak melorot. Belum lagi melihat ekspresi adik kelas dan kakak kelas yang tampak sekuat tenaga menahan tawa.

Ya, baik Annisa maupun Ar Rijal kelas 2 harus menggendong beras 2 kilo menggunakan sarung yang dililitkan di perut mereka masing -masing. Selama 5 jam tidak boleh dilepas, meski saat ke toilet, meski sambil makan siang, meski sambil wudhu dan shalat, meski sambil duduk belajar.

Siang hari, sepulang kakak sekolah, seperti biasa si kakak langsung berhasrat curhat. Dengan menggebu-gebu (masih dengan seragam merah putih lengkap) , ia tak sabar cerita. BLA BLA BLA.
'Ya Allah mi ternyata capek banget. Ngganjel. Gak nyaman banget," keluhnya.
Saya ngikik dalam hati. No interupsi.
"Trus temenku mi. Mau pipis repot banget. Sampai roknya basah!"
Haha saya mulai geli . Tapi tetep stay cool pura-pura tidak tahu.
"Trus?" Pancingku.
"Ar Rijal kasihan gak bisa main bola. Banyak yang ngeluh. Capek. Berat. Setelah mau pulang, itu buntelan dilepas. Rasanya plong banget," jujurnya.
Alhamdulillah dia bisa menyimpulkan hikmahnya.
"Ternyata umi pas hamil rasanya gak enak banget ya. Apalagi berbulan bulan".
Saya senyum senyum penuh arti.

Akhir akhir ini kak Fa sedang suka menggambar komik. Dia juga suka baca komik next G sampai koleksi bukunya (tentu emaknya belinya pas bookfair lah) wkwkkw tetep ngirit mode on.
"Kak, kenapa nggak cobain kirim cerita ke sini," kataku memberi ide.
"Gambarku masih jelek mi. Nggak sebagus yang di komik," tukasnya sambil terus menggambar.
Lantas kujelaskan bahwa dia cukup hanya mengirim dua halaman gambar atau cerita pendek. Nanti ada kakak ilustrator yang akan menyulap ide cerita itu menjadi komik yang keren.
Agaknya dia terpengaruh juga.
"Trus ceritanya tentang apa mi?"
"Cari dong ide yang unik. Menarik. Tidak pasaran."
Lantas kuingat kisah tentang 'sarung dan beras' tempo hari dan kisah kisah lucu dibaliknya.
Tanpa menunggu waktu, ia mengeksekusi kisah nyata itu dalam bentuk gambar komik. Bersemangat sekali dia, mungkin karena mengalami sendiri. Jadi berasa mau curhat. Hihi.

Tadaaa! Komik dua halaman itu jadilah. Disetorkannya padaku. Setelah syarat demi syarat pengiriman terpenuhi, maka kukirim karya kak Fa itu via pos.

Berbulan-bulan berlalu. Belum ada kabar. Si kakak sudah mulai tanya tanya kabar naskahnya. Kubilang, kalau kepilih pasti dihubungi penerbit. Kuminta ia mengirim lagi dan lagi. Terus mencari ide, menggambar, mengirim lagi. Tak lupa diiringi doa.

Doanya terjawab. Aku dihubungi oleh penerbit via wa. Betapa gembiranya anak beranak ini. Lalu beberapa pekan kemudian, fee ditransfer ke rekeningku. Jumlah yang lumayan untuk ukuran anak SD. Alhamdulillah.

Selama menunggu proses terbit, kak Fa berdoa semoga ceritanya dijadikan cover buku. Dia membayangkan betapa lucu cover bukunya nanti. Anak SD kok perutnya buncit. Hihi. Impian sederhananya menjelma nyata.

siang ini, pak pos datang membawa sekeranjang keriangan. Dua buku terbit dikirim penerbit untuk kakak. Wajahnya berseri seri. Gembira, namanya tercetak di sana. Meski masih buku antologi, ini tetap masterpiece nya yang harus diapresiasi.

Begitulah sebuah ide. Lahir dari mana saja. Tercipta dari hal hal sederhana di sekitar kita. Barokallah ya kak. Semoga karyamu membawa berkah, manfaat dan kebaikan. Aamiin



Rumah Cahaya, 21 Februari 2020


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel 'mengejar-Ngejar Mimpi' Dedi Padiku

Judul Buku       : Mengejar-Ngejar Mimpi Penulis              : Dedi Padiku Penerbit            : Asma Nadia Publishing House Jumlah halaman: 324 halaman Tahun Terbit    : Mei 2014 Jungkir Balik Demi Mimpi             Kisah ini berawal dari impian. Mimpi seorang pemuda lugu bernama Dedi yang sejak kecil ditinggal orangtua. Ia menjadi sopir angkot demi bisa makan dan membiayai sekolah. Ia dipertemukan dengan sahabat-sahabat terbaik dan cinta pertama yang kandas, bersamaan dengan kelulusan sekolah.               Mimpinya untuk menjadi orang sukses tak pernah padam, meski suratan nasib mempermainkannya begitu kejam. Meski begitu, ia harus berjuang. Menjemput mimpi untuk bekerja di Jepang. Lagi-lagi, jalan takdir membelokkan arah hidupnya. Ia harus merasakan kembali menjadi sopir, kuli panggul, dan menantang kerasnya hidup di kota Palu dan Manado. Lantas, ibukota pun didatanginya dengan modal nekat, juga sempat berkhianat. Demi bertahan hidup di Jakarta, pekerjaa

Review Film Keluarga Cemara: Menyadarkan Kita akan Makna Keluarga

Assalamu’alaikum, kawans Alhamdulillah kami dapat kesempatan untuk nonton film yang barusan rilis, yaitu Keluarga Cemara. Film yang tayang serentak di bioskop Indonesia sejak tanggal 3 januari 2019 lalu, menyedot banyak penonton dari banyak kalangan. Orangtua, anak-anak, bahkan remaja. Segala usia lah. Di hari kedua tayang, kami sekeluarga berniat nonton mumpung ada jadwal tayang jam 19.15 di DP Mall. Pikir kami, nonton sudah dalam keadaan lega. Udah shalat isya dan makan malam. Jadilah habis maghrib kami turun gunung dalam keadaan mendung pekat. Hujan udah turun. Saya berdoa agar hujan segera berhenti demi menepati janji sama anak-anak. Alhamdulillah doa saya terkabul. Namun, eng ing eng! Ada tragedi kehabisan bensin di tengah jalan sehingga sampai di bioskop sudah lewat setengah jam. Ternyata jadwal tayang jam 19.15 juga sudah sold out. Akhirnya kepalang tanggung sudah sampai di sini. Kami ambil tiket yang mulai jam 21.35 dan dapat seat baris kedua dari layar. It means

(Resensi) Novel Guru Aini: Tentang Cita-Cita, Keberanian, dan Idealisme

Judul                : Guru Aini Penulis              : Andrea Hirata Penerbit            : Bentang Pustaka Cetakan            : pertama, Februari 2020 Jumlah hal        : 336 halaman ISBN                : 978-602-291-686-4 sumber: www.mizanstore.com             Gadis lulusan terbaik itu bernama Desi. Jelita, jangkung, dan cerdas bukan buatan meski berkemauan kuat dan berkepala batu. Orangtuanya juragan terpandang. Dengan berbagai anugerah itu, Desi bisa menjadi apapun yang dia inginkan. Namun tak dinyana, di usianya yang baru 18 tahun, dia sudah mengambil keputusan besar dalam hidupnya. Desi ingin mengabdi di pelosok desa sebagai guru matematika sebab negeri ini kekurangan guru matematika. Desi tak sedikitpun tergiur oleh karir-karir menjanjikan di luar sana. Menjadi guru adalah panggilan jiwa.             Sang ayah memberikan hadiah sepasang sepatu olahraga untuk Desi untuk menggapai cita-citanya. Sepatu isti