Langsung ke konten utama

5 Buku Parenting Recommended untuk Ortu Milennial




            Menjadi orangtua adalah tugas pertama dan utama setelah mendapat amanah dari Allah berupa kelahiran anak. Menjadi orangtua memang tidak ada sekolahnya, namun orangtua wajib belajar sepanjang hayat terkait ilmu pengasuhan. Ilmu sebagai salah satu bekal untuk mendidik anak sesuai perintah agama. Alhamdulillah orangtua generasi milenial sudah dimudahkan dengan banyak fasilitas seperti seminar, talkshow, konsultasi bersama psikolog, kelas parenting offline dan banyak pula yang online. Selain itu, orangtua juga bisa meng-upgrade ilmu dengan membaca buku-buku parenting.
            Dari beberapa buku parenting yang ada di rak buku saya, ada lima buku yang menjadi favorit. Kontennya menarik, enak dibaca, dan membekas di hati sehingga bisa sambil dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
            Apa sajakah mereka?
sumber: www.shopee.com
1.      Buku Membasuh Luka Pengasuhan karya Ulum A. Saif dan Febrianti Almeera
Sebenarnya saya sudah lama follow akun kang Ulum dan kak Febri di instagram. Keduanya adalah pasangan milenial yang ngehits. Keduanya menggagas program Sekolah Rumah Tangga dengan tagline #strongfromhome.
Beberapa waktu lalu saya juga mengikuti seminar dengan tema sama dengan judul buku yaitu ‘Membasuh Luka Pengasuhan untuk menjadi orangtua bahagia”. Setelahnya saya membaca buku MLP dan menemukan banyak fakta yang membuat saya tercengang. Salah satunya adalah adanya respon eror. Respon eror tersebut dipicu karena terpanggilnya memori buruk masa lalu (yang keadaannya mirip dengan kondisi yang dihadapi saat itu) sehingga saat merespon suatu kejadian cenderung di luar kendali. Respon eror terjadi karena tumpukan emosi negatif yang menggunung dan belum dibasuh dan dituntaskan di masa lalu.
Dalam buku ini dibahas juga cara membasuh luka pengasuhan dengan depth theraphy dan tazkiyatun nafs (pembersihan jiwa). Menarik, asyik, dan bikin kita mengangguk-angguk dan membatin, hmm benar juga ya.

sumber: www.parcelbuku.net

2.      Buku Pemuda Bukan Remaja karya Kiki Barkiah
Setelah sukses menulis buku-buku parenting best-seller, teh Kiki menelurkan lagi buku terbaru Pemuda Bukan Remaja dengan tagline mengantarkan anak menuju aqil baligh dan kemandirian hidup. Buku ini diterbitkan oleh CV. Mastakka Global Informa, Bandung.
Seperti yang kita ketahui bahwa tidak ada kata ‘remaja’ dalam pendidikan anak dalam islam. Yang ada adalah anak-anak (belum aqil baligh) dan dewasa (sudah aqil baligh). Anak yang sudah mencapai aqil baligh, sudah dikenai konsekuensi atas perbuatannya. Namun, yang kebanyakan yang terjadi adalah bahwa anak-anak zaman now lebih cepat baligh tapi aqil-nya belum. Peran orangtua dalam menjaga fitrah anak, menemani tumbuh kembangnya, menanamkan konsep dan melatih kemandirian anak sejak dini, sangatlah penting. Anak akan mengalami dunia yang lebih keras, lebih menantang, bahkan tak terbayangkan di masa depan. Bekali anak dengan nilai-nilai islami, keteladanan, serta berikan mereka amanah dan tanggung jawab agar mereka tumbuh dengan konsep diri yang matang. Pemuda pemudi yang siap menyongsong masa aqil balighnya dengan bahagia.

sumber: www.demabuku.com

3.      Buku Membuat Anak Gila Membaca karya Mohammad Fauzil Adhim
Saya selalu suka dengan gaya tulisan ustadz Fauzil Adhim. Pembaca seperti diajak ngobrol dan bertukar pikiran. Terasa mencerahkan dan menyentuh hati.
Dalam buku yang saya sebutkan di atas, penulis membeberkan pengalaman beliau menanamkan cinta baca kepada para putranya, misalnya membacakan cerita, membelikan buku sebagai hadiah, mengajak anak ke toko buku/perpus. Penulis juga memberikan contoh buku-buku bacaan recommended buat anak dan orangtua. Yang berkesan dari pesan penulis adalah lebih utama menarik minat baca anak daripada mengajari anak belajar membaca sejak dini. Minat itulah yang menggerakkan ia untuk selalu bersemangat belajar dan mencintai ilmu sehingga ia gembira membaca sepanjang hayat.

sumber: www.bukukita.com

4.      Buku Don’t Be Angry, Mom karya dr. Nurul Afifah
Dari judulnya saja sudah ketahuan bahwa buku ini merupakan problem solver khususnya bagi para ibu untuk mengendalikan amarah. Marah merupakan bentuk ekspresi yang wajar dan manusiawi namun tetap disalurkan dengan cara benar agar tidak merusakn. Kemarahan harus benar-benar dimenej dengan baik terutama dalam proses mendidik anak.
Kemarahan orangtua pada anak bisa dipicu oleh faktor internal (kelelahan, lapar, mengantuk, mood swing, terburu-buru, dll) serta eksternal (tidak mau mandi, pipis sembarangan, tidak mau makan, susah diatur dll). Penulis memberikan banyak wawasan dan cara menyalurkan marah dengan elegan. Harapannya agar semakin banyak orangtua menyadari pentingnya mendidik anak tanpa marah. Semoga bisa dengan latihan sungguh-sungguh. Aamiin.

sumber: www.riawanielyta.com

5.      Buku Anak Juga Manusia karya Angga Setyawan
Buku ini berisi kutipan-kutipan, juga renungan yang inspiratif dan makjleb tentang dunia orangtua dan anak. sebagai contoh kutipan berikut: masa kecil anak-anak hanya sekali. Jangan sampai kita menyesal di kemudian hari karena kita gagal membangun kedekatan dengan anak-anak.
Renungan di dalam buku ini begitu dalam dan menyentuh. Menyadarkan kembali hati yang sering terlupa. Mengingatkan para orangtua dengan penuh kelembutan bahwa anak-anak adalah makhluk yang juga memiliki hati dan perasaan seperti orangtuanya. Menyediakan hati untuk anak, sebagai bagian dari langkah-langkah besar membangun peradaban yang cemerlang.
            Nah, sudah saya bisikin lima buku rekomendasi ala saya hehe. Kalau ayah/bunda punyakah buku parenting yang recommended? Share yuk!

*artikel ini diikutkan dalam ulang tahun blogger Gandjel Rel ke-lima

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel 'mengejar-Ngejar Mimpi' Dedi Padiku

Judul Buku       : Mengejar-Ngejar Mimpi Penulis              : Dedi Padiku Penerbit            : Asma Nadia Publishing House Jumlah halaman: 324 halaman Tahun Terbit    : Mei 2014 Jungkir Balik Demi Mimpi             Kisah ini berawal dari impian. Mimpi seorang pemuda lugu bernama Dedi yang sejak kecil ditinggal orangtua. Ia menjadi sopir angkot demi bisa makan dan membiayai sekolah. Ia dipertemukan dengan sahabat-sahabat terbaik dan cinta pertama yang kandas, bersamaan dengan kelulusan sekolah.               Mimpinya untuk menjadi orang sukses tak pernah padam, meski suratan nasib mempermainkannya begitu kejam. Meski begitu, ia harus berjuang. Menjemput mimpi untuk bekerja di Jepang. Lagi-lagi, jalan takdir membelokkan arah hidupnya. Ia harus merasakan kembali menjadi sopir, kuli panggul, dan menantang kerasnya hidup di kota Palu dan Manado. Lantas, ibukota pun didatanginya dengan modal nekat, juga sempat berkhianat. Demi bertahan hidup di Jakarta, pekerjaa

Review Film Keluarga Cemara: Menyadarkan Kita akan Makna Keluarga

Assalamu’alaikum, kawans Alhamdulillah kami dapat kesempatan untuk nonton film yang barusan rilis, yaitu Keluarga Cemara. Film yang tayang serentak di bioskop Indonesia sejak tanggal 3 januari 2019 lalu, menyedot banyak penonton dari banyak kalangan. Orangtua, anak-anak, bahkan remaja. Segala usia lah. Di hari kedua tayang, kami sekeluarga berniat nonton mumpung ada jadwal tayang jam 19.15 di DP Mall. Pikir kami, nonton sudah dalam keadaan lega. Udah shalat isya dan makan malam. Jadilah habis maghrib kami turun gunung dalam keadaan mendung pekat. Hujan udah turun. Saya berdoa agar hujan segera berhenti demi menepati janji sama anak-anak. Alhamdulillah doa saya terkabul. Namun, eng ing eng! Ada tragedi kehabisan bensin di tengah jalan sehingga sampai di bioskop sudah lewat setengah jam. Ternyata jadwal tayang jam 19.15 juga sudah sold out. Akhirnya kepalang tanggung sudah sampai di sini. Kami ambil tiket yang mulai jam 21.35 dan dapat seat baris kedua dari layar. It means

(Resensi) Novel Guru Aini: Tentang Cita-Cita, Keberanian, dan Idealisme

Judul                : Guru Aini Penulis              : Andrea Hirata Penerbit            : Bentang Pustaka Cetakan            : pertama, Februari 2020 Jumlah hal        : 336 halaman ISBN                : 978-602-291-686-4 sumber: www.mizanstore.com             Gadis lulusan terbaik itu bernama Desi. Jelita, jangkung, dan cerdas bukan buatan meski berkemauan kuat dan berkepala batu. Orangtuanya juragan terpandang. Dengan berbagai anugerah itu, Desi bisa menjadi apapun yang dia inginkan. Namun tak dinyana, di usianya yang baru 18 tahun, dia sudah mengambil keputusan besar dalam hidupnya. Desi ingin mengabdi di pelosok desa sebagai guru matematika sebab negeri ini kekurangan guru matematika. Desi tak sedikitpun tergiur oleh karir-karir menjanjikan di luar sana. Menjadi guru adalah panggilan jiwa.             Sang ayah memberikan hadiah sepasang sepatu olahraga untuk Desi untuk menggapai cita-citanya. Sepatu isti