Langsung ke konten utama

Melepas Lelah di Sanasya Salon & Spa Muslimah



            Assalamu’alaikum, kawans.
            Jika dianalogikan, tubuh kita ibarat mesin. Setiap hari beraktivitas dari pagi hingga petang. Mengerjakan segala pekerjaan kantor atau domestik rumah tangga. Masih ditambah ngurus anak, suami, dan kegiatan kemasyarakatan, belum lagi kejar-kejaran dengan dateline tulisan. Ini mah curcol emak. Hihi. Malam menjadi momen yang nikmat untuk beristirahat. Esok paginya, kita beraktivitas lagi. Sebuah rutinitas yang melelahkan tentu saja, tetapi semoga lelah kita diniatkan sebagai ibadah sehingga bernilai ibadah ya. Aamiin.
            Pagi itu setelah suami pulang dari servis motor. Kami berdua ngobrolin ‘payahnya’ motor yang sudah telat servis.
“Blas nggak enak dipakai motoran. Ban dalam sekalian ganti,” kata pak suamik.
Di kepala saya langsung nongol ‘lampu’. Ting! Mendadak saya terinspirasi untuk bilang.
“Tuh, bi. Motor aja nggak disevis lama juga ngefek kan sama performa.” Lempar kode sambil senyum-senyum. Dia manggut-manggut. Tapi nggak ada follow up –nya. Terpaksa deh melontarkan jurus lanjutan. “Sama dong kayak bodi. Nih udah sering boyoken. Kulit kusem, lagi.”
Nah!
            Alhamdulillah, ngeh juga dia. Akhirnya dapatlah izin untuk perawatan di Sanasya. Asyyik!


            Sebelumnya saya sudah janjian dengan Mbak Nia untuk datang jam setengah sepuluh. Beruntung lalu lintas lancar jadi sampai di sana on time.
            Nggak butuh waktu lama untuk menemukan lokasi Sanasya salon dan Spa muslimah. Sanasya launching cabang baru di Ungaran. Baru sepekan ini resmi dibuka. Sebelumnya Sanasya sudah ada di Semarang. Tepatnya di Java Mall Peterongan. Seneng dong, nggak terlalu jauh dari rumah. 

            Sesampainya di Sanasya, kami disambut oleh mbak-mbak yang welcome. Setelah mengisi buku tamu dan memilih jenis perawatan yang akan diambil, saya langsung dipersilahkan naik ke lantai dua. Suasana sepi karena belum ada pengunjung yang lain. Ruang perawatan bersih, nyaman, dan hommy. Nuansa warna ungu pada cat, seprai, handuk, dan wallpaper memberi kesan cewek banget dan adem. Ada beberapa meja kaca, kursi, dan peralatan untuk perawatan rambut. Di ruang body spa ada tempat tidur di dalam ruangan kaca dan bertirai motif batik kawung. Wangi aromatherapy dan alunan lagunya Sabyan membuat suasana makin nyaman.
 
handuknya wangii
            Saya memilih perawatan Fatima Spa yang terdiri dari spa, lulur, masker, dan totok wajah. Sebenarnya ingin ngerasain paket lain yang ada creambath atau ratus V tapi waktunya tidak memungkinkan. Semoga next time bisa nyobain. 


            Saya dipersilakan berbaring, sementara mbaknya sudah mempersiapkan minyak, lulur, dan semacamnya. Sebenarnya saya sudah cukup hepi dengan pijet sebulan sekali atau creambath. Pernah facial beberapa kali tapi deg degan tiap kali mau facial. Bawaannya nangis nahan sakit. Jadi sekarang nggak ambil facial. Saya mulai dipijit sambil meringis. Mbaknya bilang, badan saya kaku. Hiks memang benar. Memang sudah saatnya servis bodi. Saya lalu inget, terakhir kali saya perawatan spa lengkap itu saat mau married dulu alias 9 tahun silam hihi. Serasa ber-flashback saat masih gadis dulu. Bedanya sekarang sudah emak-emak anak 3 yang sering lelah. Itu sebabnya, melepas lelah di Sanasya benar-benar melepas lelah yang haqiqi. Hihi. 


            Setelah selesai dipijit dengan minyak, badan saya dilulur. Setelah itu baru dimasker. Sembari menunggu masker badan mengering, saya mulai totok wajah. Pertama adalah pemijatan, lalu dilanjutkan dengan menotok wajah. Kegunaan totok wajah ini adalah melancarkan peredaran darah, mengurangi ketegangan otot-otot wajah, mengencangkan kulit, dan mengurangi tanda tanda penuaan dini. Kalau udah gini, harus sering juga menebar senyum biar awet muda, ya kan? Setelah penotokan selesai, wajah saya dimasker. Batita saya yang melihat saya saat sesi totok wajah, melihat emaknya dengan tatapan aneh. Hihi mungkin heran kok muka emaknya berubah.


            All right, satu setengah jam berlalu dengan cepatnya. Saking asyiknya sampai berasa ngantuk. Tahu-tahu udah siang aja. Dan sesi perawatan telah paripurna. Setelah mandi air hangat, badan serasa enteng dan bye bye boyoken! Wkk.
            Saya turun ke lantai satu untuk membayar sekaligus membuat member card. Jika jadi member, banyak kauntungan yang bisa didapat lho. Pertama, kartu member berlaku di seluruh cabang Sanasya hijabstore, spa, dan salon muslimah. Kedua, diskon 10% untuk belanja di Sanasya hijabstore dan diskon 5% untuk spa dan salon muslimah. Tinggal nunjukin aja kartu membernya. Hmm, lumayan kan.
pricelist

            Last but not least. Terima kasih buat Sanasya yang sudah memberikan pelayanan prima untuk pelanggan. Semoga next time bisa nyobain perawatan lain di Sanasya (sayang kan kalo member card nya disia-siakan. Hehe teteep dah si emak)

            Setelah pulang dan ketemu anak bujang, dia seperti curiga. “kok umi, tangannya halus dan wangi.” Eaa hidung si emak kembang kempis. Berarti dia tahu dong soal ‘before’ dan ‘after’ .Pak suamik nyengir. Itu tandanya apa pak? Bulan depan siap-siap nambah anggaran. Nggak Cuma emak, tapi juga anak-anak. Hihi. 


Sanasya Spa& Salon Muslimah
Jl. MT Haryono
Ruko Amaya blok CC no.12 Ungaran
Reservasi: 081325297555
Fb: sanasya.collections
Twitter: @sanasyahijabers

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel 'mengejar-Ngejar Mimpi' Dedi Padiku

Judul Buku       : Mengejar-Ngejar Mimpi Penulis              : Dedi Padiku Penerbit            : Asma Nadia Publishing House Jumlah halaman: 324 halaman Tahun Terbit    : Mei 2014 Jungkir Balik Demi Mimpi             Kisah ini berawal dari impian. Mimpi seorang pemuda lugu bernama Dedi yang sejak kecil ditinggal orangtua. Ia menjadi sopir angkot demi bisa makan dan membiayai sekolah. Ia dipertemukan dengan sahabat-sahabat terbaik dan cinta pertama yang kandas, bersamaan dengan kelulusan sekolah.               Mimpinya untuk menjadi orang sukses tak pernah padam, meski suratan nasib mempermainkannya begitu kejam. Meski begitu, ia harus berjuang. Menjemput mimpi untuk bekerja di Jepang. Lagi-lagi, jalan takdir membelokkan arah hidupnya. Ia harus merasakan kembali menjadi sopir, kuli panggul, dan menantang kerasnya hidup di kota Palu dan Manado. Lantas, ibukota pun didatanginya dengan modal nekat, juga sempat berkhianat. Demi bertahan hidup di Jakarta, pekerjaa

Review Film Keluarga Cemara: Menyadarkan Kita akan Makna Keluarga

Assalamu’alaikum, kawans Alhamdulillah kami dapat kesempatan untuk nonton film yang barusan rilis, yaitu Keluarga Cemara. Film yang tayang serentak di bioskop Indonesia sejak tanggal 3 januari 2019 lalu, menyedot banyak penonton dari banyak kalangan. Orangtua, anak-anak, bahkan remaja. Segala usia lah. Di hari kedua tayang, kami sekeluarga berniat nonton mumpung ada jadwal tayang jam 19.15 di DP Mall. Pikir kami, nonton sudah dalam keadaan lega. Udah shalat isya dan makan malam. Jadilah habis maghrib kami turun gunung dalam keadaan mendung pekat. Hujan udah turun. Saya berdoa agar hujan segera berhenti demi menepati janji sama anak-anak. Alhamdulillah doa saya terkabul. Namun, eng ing eng! Ada tragedi kehabisan bensin di tengah jalan sehingga sampai di bioskop sudah lewat setengah jam. Ternyata jadwal tayang jam 19.15 juga sudah sold out. Akhirnya kepalang tanggung sudah sampai di sini. Kami ambil tiket yang mulai jam 21.35 dan dapat seat baris kedua dari layar. It means

(Resensi) Novel Guru Aini: Tentang Cita-Cita, Keberanian, dan Idealisme

Judul                : Guru Aini Penulis              : Andrea Hirata Penerbit            : Bentang Pustaka Cetakan            : pertama, Februari 2020 Jumlah hal        : 336 halaman ISBN                : 978-602-291-686-4 sumber: www.mizanstore.com             Gadis lulusan terbaik itu bernama Desi. Jelita, jangkung, dan cerdas bukan buatan meski berkemauan kuat dan berkepala batu. Orangtuanya juragan terpandang. Dengan berbagai anugerah itu, Desi bisa menjadi apapun yang dia inginkan. Namun tak dinyana, di usianya yang baru 18 tahun, dia sudah mengambil keputusan besar dalam hidupnya. Desi ingin mengabdi di pelosok desa sebagai guru matematika sebab negeri ini kekurangan guru matematika. Desi tak sedikitpun tergiur oleh karir-karir menjanjikan di luar sana. Menjadi guru adalah panggilan jiwa.             Sang ayah memberikan hadiah sepasang sepatu olahraga untuk Desi untuk menggapai cita-citanya. Sepatu isti