Langsung ke konten utama

Nyobain Wisata Baru Jogja: Sindu Kusuma Edupark (SKE)



Bismillah...
                Ceritanya nih, saat long holiday desember lalu, saya lagi liburan di rumah ortu di Ambarawa. Kebetulan banget kita diajak jalan-jalan. Jadilah pagi itu tanpa persiapan, kita langsung sepakat: Kita ke Jogja aja. Mengingat Jogja lumayan dekat dengan Ambarawa (kurleb 3 jam perjalanan).
                “Lha trus wisata ke mana?” tanya bapak saya.

                Semua nyengir. Yang penting kita udah siapin baju ganti (siapa tahu nanti jadi ke waterboom atau pantai) hihi. Taunya udah sampai di Magelang, kita masih aja galau nentuin tujuan. Padahal sejak berangkat udah browsing. Belum juga nemu yang pas. Mau ke Malioboro? Udah berkali-kali. Ke Indrayanti, wah capek di jalan. Mau ke museum atau taman pintar? Udah pernah juga.
                “Tadaaa!”
 Adik saya mendadak nemu inspirasi dari instagram. Di sana ada yang upload foto wheel raksasa alias bianglala gede (yang kayak di Ancol itu) di destinasi wisata Jogja. Namanya SKE. Singkatan dari Sindu Kusuma Edupark. Langsung kita tengok web kusuma-edupark.com dan muncullah gambar-gambar wahana yang seru. Finally, tanpa rapat dan voting segala, semua sepakat ke SKE. Bapak langsung menyeting GPS menuju Jl. Jambon, Sleman, Yogyakarta.
Berasa offroad, soalnya sama GPS yang pinter nan canggih itu dicariin rute yang ajiib. Melintasi gang kecil, persawahan, kebun, dan sungai bo. Setelah berkali-kali nyasar (karena nggak yakin dengan petunjuk GPS), finally nyampe juga di lokasi. Fyuuuhh. Alhamdulillahh. Saat mendongak, langsung deh kelihatan ferris wheel yang gede itu.
*jika prolog terlalu panjang, abaikan! :D
SkE termasuk wisata yang baru setahunan dibangun lho, jadi belum banyak yang tahu (atau jangan-jangan cuma saya aja yang nggak gaul wkwk). Untuk masuk ke wahana, kita bisa membeli kartu SKE plus (berwarna pink, dengan saldo Rp. 50 ribu). Atau juga bisa pakai kartu Gold SKE Plus (warna kuning, dengan saldo Rp. 100 ribu). Oleh petugas, kita diberi tahu kalau mau naik wahana-wahana yang ada di SKE, harus pakai kartu. Petugas wahana tidak menerima pembayaran tunai (apalagi kredit, hehe becandaa). Tarif tiap wahana bervariasi. Mulai dari 10 ribu sampai 30 ribu per wahana. Kalau mau lebih hemat, bisa pakai tiket terusan. Kalau masuk doang, tarifnya cuma Rp. 13 ribu per orang. Anak dibawah 3 tahun atau dengan tinggi tak lebih dari 85 cm gratis pintu masuk. Manula berusia 65 tahun atau lebih, juga free masuk dan wahana (hihi jadi kebayang mbah buyut Shafa di rumah. Iya sih gratis wahana, tapi apa mau nggowes pake kain jarit? Lonjak-lonjak di trampoline nyincing jarit? Atau mau seru-seruan naik bumper car? Oh impossible rasanya xixi)
Oh ya, sesudah masuk, kita bisa langsung ambil antrian. Soalnya kalau liburan gini  antrenya mengular. Eits, pastikan saldo di kartu cukup untuk naik wahana yang kita pilih ya. Kalau misal jumlah saldo mepet, bisa di top up di konter yang ada di sekitar wahana. Batas minimal top up adalah rp. 50 ribu. Misal saat kita pulang dan masih ada sisa saldo dalam kartu, sisa saldo itu bisa dicairkan di konter dekat pintu keluar.
Di dalam area SKE, juga dihimbau agar pengunjung tidak membawa makanan berat. Sebab di sana ada angkringan, cafe, juga food court dengan berbagai macam pilihan menu masakan. Jadi nggak bakal kelaparan. Hihi tentu  jangan lupa bawa uang dong.
Yeah udah sore aja. Setelah shalat asar, rasanya udah gak sabar menjajal wahana-wahana yang ada di sana.
Wahana pertama yang kita coba adalah ferris wheel atau Cakra Manggiilingan. Setahu saya cakra berasal dari bahasa sansekerta yang artinya roda. Kalau ‘manggilingan’ itu masih sodara nggak ya sama ‘penggilingan?’ hihi. Wahana ini mirip sama bianglala-nya Ancol atau yang biasa kita lihat di pasar malam. Tapi ini gede dan tinggi banget. Di bawahnya ada kolam. Dari roda raksasa ini, kita bisa ngeliat kota Jogja dari ketinggian puluhan meter dari sebuah kotak sempit yang muat untuk 4 orang. Seru dan mendebarkan. Anak-anak sampai teriak-teriak heboh. Sayangnya, wahana ini berjalan lambat. Pengunjung naik dalam satu putaran roda saja.

Setelah foto-foto, kita lanjut nonton film 7D cinema. Saya penasaran. Nonton film 3D aja udah deg-degan apalagi ini 7D. Kebayang serunya.
Bener saja. Di dalam ruangan kedap udara, ada layar lebar dengan 12 seat. Ada sabuk pengaman dan pegangannya juga. Pengunjung masing-masing diberi kacamata warna merah biru agar memberi efek 3 dimensinya. Awalnya saya rada galau mengajak dua anak saya masuk ruangan ini. Takut nangis, berisik, atau teriak minta pulang hehe. Tapi ternyata kekhawatiran saya nggak terbukti. Saat lampu dimatikan, layar menyala, dan muncul rel besar (yang ternyata lintasan roller coaster), dua anak saya tetep cool. Emak, bapak, dan tantenya malah yang teriak-teriak saat roller coaster meluncur cepat dan seat yang kami duduki goyang ke sana-kemari. Semua serasa nyata. Kebayang kalau yang ditonton film horor. Hihi. Saat keluar ruangan pun, dua anak itu biasa saja. Tak tampak tanda-tanda serangan shock. :D
Puas dengan nonton cinema 7D, kami sempat lihat orang yang mendul-mendul di trampoline. Pengen nyobain sih, tapi inget umur. Masak pakai rok mau pethakilan. Adik saya yang lagi hamil 7 bulan berkelakar, “Mbak, kalau aku nekat naik trampolin itu, setelah turun langsung melahirkan. Hahaha.”
Wahana terakhir yang kami naiki adalah air bycicle atau sepeda mabur. Setengah jam lebih mengantri, akhirnya dapat giliran. Sepeda mabur ini berbentuk bundar. Konsepnya mirip dengan bebek air yaitu digerakkan dengan cara dikayuh. Namun mengayuhnya melalui rel yang lintasannya melewati area SKE yang tiang pancangnya setinggi kurleb 3 meter dari permukaan tanah. Jadi semacam terbang gitu. Saya kebagian nggowes sampai keringatan dan perut keram. Sebenarnya ini wahana untuk berdua/ berpasangan (ehm so sweet ya). Nah berhubung kaki shafa belum nyampe untuk nggowes, akhirnya saya nggowes sendirian. Suami juga. Lemes deh kaki. Hihi.
Sebenarnya masih banyak wahana yang belum sempat kita coba. Berhubung waktu mepet dan antrenya harus sabar sesabar-sabarnya, akhirnya kami shalat maghrib terus pulang. Capek tapi hepi. Tengs a lot bapak, ibu, misua dan semuanyaa. It was wonderful day!
Wahana yang belum sempat kita cobain yaitu segway (pit egrang), arcade game, bumper car (montor tumbur), mini rotary cup (roti puter), railway tour (sepur kluthuk), outbond, carrousel (komedi putar), rotary cupcakes (cangkir puter), mini train (sepur mini), Electric car (sepur kuno), flying fox (cleret gandhul), dan ATV.
Jikalau kita tak ingin mencoba wahana-wahana tersebut, SKE tetap cocok untuk rekreasi keluarga. Di area wisata, rumput dan tanaman ditata dengan apik. Bangku-bangku bertebaran untuk melepas lelah. Keran air untuk cuci tangan dan tempat sampah tersedia di mana-mana. Area SKE bersih, rapi, dan tersedia spot-spot indah untuk memanjakan pecinta selfie ataupun wefie. Xixixi.
Fasilitas yang ada di SKE meliputi area parkir yang luas, pasar sindu nur kencono, komunitas angkringan kampung, mushola, toilet, tengoro budoyo, food court, dan pertokoan luar (raminten uborampe) yang menjual souvenir khas Jogja yang lengkap dan ciamik.
SKE ini buka dari jam 10 pagi hingga 10 malam. Bagi yang mau dolan atau mampir, lokasi SKE adalah di Jalan Jambon, Sinduadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta). Kalau dari Semarang, bisa lewat ring road barat. Untuk lebih jelasnya, bisa lihat peta ya (penulis melarikan diri. Maklum buta peta, xixi).
For more info, telepon saja  (0274) 6429660, 6429661, 6429662, 6429663. Atau klik webnya kusuma-edupark.com. fanpage facebook: KusumaEdupark. Follow twitter: @SKEdupark dan instagram: @SKEdupark.
Semoga bermanfaat ya temans. Selamat mencoba n Happy travelling!

Komentar

menik damayanti pratiwi mengatakan…
Sak plinthengan dari rumah tapi malah belum pernah kesini mak hahaha
Wahananya udah aktif semua kah mak?
nitalanaf mengatakan…
Keren banget. Makasih infonya ya, Mba :)
Arinda Shafa mengatakan…
Mbk menik: ada yg lagi digarap yaitu everslide sama light garden. Hayuk kesini...
Mbak nita: terima kasih sudah mampir y. :)
Anjar Sundari mengatakan…
Kalau saya naik trampolin masih pantes ngga mbak Arinda? Pengin juga nonton film 7Dnya pasti seru ya :)

Saya baru tahu juga tempat ini, iyalah saya kan memang ngga pernah kemana-mana :(

Arinda Shafa mengatakan…
Mbak anjar, hihi pantes2 aja sebenarnya. Tergantung kostum.hihi. sy nggak mungkin naik trampolin krna pas kesana pke gamis :D
Rahmi Aziza mengatakan…
Syuka banget makan di angkringan yg model cafe. Menunya banyak. Bisa nyoba banyak menu dengan porsi kecil2.
daivydhaddan mengatakan…
It can't tease apart which of these directions of causality suits our information finest. Experimental and longitudinal work is desperately wanted to understand these things. However, in either case, we might argue that loot boxes may be be} linked to social hurt. In one case, loot boxes are causing problem gambling among older adolescents. In the opposite, they are exploiting problem gambling in this vulnerable age group find a way 메리트카지노 to} generate large income.

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel 'mengejar-Ngejar Mimpi' Dedi Padiku

Judul Buku       : Mengejar-Ngejar Mimpi Penulis              : Dedi Padiku Penerbit            : Asma Nadia Publishing House Jumlah halaman: 324 halaman Tahun Terbit    : Mei 2014 Jungkir Balik Demi Mimpi             Kisah ini berawal dari impian. Mimpi seorang pemuda lugu bernama Dedi yang sejak kecil ditinggal orangtua. Ia menjadi sopir angkot demi bisa makan dan membiayai sekolah. Ia dipertemukan dengan sahabat-sahabat terbaik dan cinta pertama yang kandas, bersamaan dengan kelulusan sekolah.               Mimpinya untuk menjadi orang sukses tak pernah padam, meski suratan nasib mempermainkannya begitu kejam. Meski begitu, ia harus berjuang. Menjemput mimpi untuk bekerja di Jepang. Lagi-lagi, jalan takdir membelokkan arah hidupnya. Ia harus merasakan kembali menjadi sopir, kuli panggul, dan menantang kerasnya hidup di kota Palu dan Manado. Lantas, ibukota pun didatanginya dengan modal nekat, juga sempat berkhianat. Demi bertahan hidup di Jakarta, pekerjaa

Review Film Keluarga Cemara: Menyadarkan Kita akan Makna Keluarga

Assalamu’alaikum, kawans Alhamdulillah kami dapat kesempatan untuk nonton film yang barusan rilis, yaitu Keluarga Cemara. Film yang tayang serentak di bioskop Indonesia sejak tanggal 3 januari 2019 lalu, menyedot banyak penonton dari banyak kalangan. Orangtua, anak-anak, bahkan remaja. Segala usia lah. Di hari kedua tayang, kami sekeluarga berniat nonton mumpung ada jadwal tayang jam 19.15 di DP Mall. Pikir kami, nonton sudah dalam keadaan lega. Udah shalat isya dan makan malam. Jadilah habis maghrib kami turun gunung dalam keadaan mendung pekat. Hujan udah turun. Saya berdoa agar hujan segera berhenti demi menepati janji sama anak-anak. Alhamdulillah doa saya terkabul. Namun, eng ing eng! Ada tragedi kehabisan bensin di tengah jalan sehingga sampai di bioskop sudah lewat setengah jam. Ternyata jadwal tayang jam 19.15 juga sudah sold out. Akhirnya kepalang tanggung sudah sampai di sini. Kami ambil tiket yang mulai jam 21.35 dan dapat seat baris kedua dari layar. It means

(Resensi) Novel Guru Aini: Tentang Cita-Cita, Keberanian, dan Idealisme

Judul                : Guru Aini Penulis              : Andrea Hirata Penerbit            : Bentang Pustaka Cetakan            : pertama, Februari 2020 Jumlah hal        : 336 halaman ISBN                : 978-602-291-686-4 sumber: www.mizanstore.com             Gadis lulusan terbaik itu bernama Desi. Jelita, jangkung, dan cerdas bukan buatan meski berkemauan kuat dan berkepala batu. Orangtuanya juragan terpandang. Dengan berbagai anugerah itu, Desi bisa menjadi apapun yang dia inginkan. Namun tak dinyana, di usianya yang baru 18 tahun, dia sudah mengambil keputusan besar dalam hidupnya. Desi ingin mengabdi di pelosok desa sebagai guru matematika sebab negeri ini kekurangan guru matematika. Desi tak sedikitpun tergiur oleh karir-karir menjanjikan di luar sana. Menjadi guru adalah panggilan jiwa.             Sang ayah memberikan hadiah sepasang sepatu olahraga untuk Desi untuk menggapai cita-citanya. Sepatu isti